Watak Profetik Insan Bertaqwa

Kata-kata “taqwa” seringkali menghiasi dalam bacaan Al-Qur’an. Bahkan dalam kegiatan ibadah tertentu, taqwa selalu mempunyai korelasi dan ruang tersendiri. Bahkan, membentuk jiwa-jiwa “muttaqin” menjadi tujuan dari pelaksanaan ibadah tersebut.

Pertanyaan yang sering muncul adalah, apa yang menjadi tolak ukur “muttaqin”? Memang sulit untuk menjawabnya. Namun, apabila ditelaah lebih jauh, setidaknya ada empat sifat (character) yang dapat mencerminkan orang bertaqwa.

Pertama seorang yang bertaqwa mempunyai sifat tawadhu’ (rendah hati). Dengan sifat ini, maka takabur (sombong) tidak pantas dimiliki oleh seseorang yang bertaqwa. Penyakit sombong memang sering terjadi pada setiap orang. Penyakit ini datang ketika orang tersebut memiliki sesuatu yang dapat dibanggakan seperti halnya kekayaan, jabatan, atau bahkan mempunyai kelebihan ilmu. Sejarah Fir’aun dapat dijadikan contoh, bagaimana kesombongan itu dapat menghancurkan hidup seseorang.

Fir’aun yang dikenal sebagai seorang raja, ditakuti oleh banyak orang, mempunyai banyak harta, pemberani, bahkan dengan keberaniannya, ia pernah mengeluarkan statemen yang sangat kontroversial yaitu “akulah Tuhan kamu yang paling tinggi", dapat dihancurkan oleh anak asuhnya sendiri yaitu Nabi Musa as. Bahkan akhir hidupnya, ia mati dengan sangat mengenaskan, tenggelam di lautan Nil. Bukan hanya itu, penyakit sombong juga bisa mengidap pada seseorang yang mempunyai kelebihan ilmu.

Kedua, sifat seorang bertaqwa adalah qana’ah (menerima apa adanya), tanpa menyesali apa yang telah diberikan oleh Allah SWT. Kebanyakan dari kita selalu merasa kekurangan terhadap nikmat Allah SWT, terutama dalam hal kekayaan. Oleh karena itu, yang menjadi penghalang bagi seseorang yang bertaqwa untuk dapat qana’ah adalah sifat tamak, rakus atau tidak pernah merasa cukup. Lagi-lagi sejarah telah banyak memberikan pelajaran kepada kita.

Adalah Qarun dalam sejarahnya adalah seseorang yang kaya-raya. Namun dengan kekayaan yang dimilikinya, ia tidak pernah merasa cukup. Bahkan dengan hartanya yang berlimbah, ia tidak pernah menunaikan kewajibannya sebagi muslim yaitu bershadaqah. Selain mempunyai sifat kikir, Qarun tidak qana’ah bahkan bersyukur terhadap nikmat yang Allah berikan. Ini mengakibatkan ia tidak pernah merasa cukup dalam mencari kekayaan. Dan pada akhir kisahnya, ia mati dengan mengenaskan, tenggelam ditelan bumi bersama dengan hartanya.

Ketiga sifat orang bertaqwa adalah wara’ (selalu bersikap waspada dan berhati-hati) dalam segala tindakan sekecil apapun. Ini jelas sangat bertentangan dengan orang yang menghalalkan segala cara tanpa mempertimbangkan akibat hukumnya. Inilah yang perlu ditanamkan pada masyarakat kita saat ini. Bukan hanya itu, yang lebih penting lagi, sifat ini perlu ditanamkan dari mulai hal-hal yang terkecil, karena dengan begitu hal-hal yang besar dapat diantisipasi.

Sebagai contoh, Negara kita saat ini sedang marak-maraknya memperbincangkan tentang politik uang, pemalsuan ijazah dan lain sebagainya yang dilakukan oleh sebagian wakil rakyat. Ini dapat menjadi bukti bahwa tingkat wara’I masyarakat kita masih sangat minimalis. Menghalalkan segala cara, guna mencapai kekuasaan tanpa mempertimbangkan akibat hukum, baik secara horizontal yaitu kepada manusia maupun vertikal yaitu kepada tuhan., sepertinya sudah menjadi budaya bangsa ini.

Keempat, sifat muttaqin adalah yakin (optimis). Orang yang maju adalah orang yang memiliki optimis. Bahkan seorang entrepreneur juga mengatakan “pesimis merupakan awal dari sebuah kegagalan”. Oleh karena itu, jiwa optimis memang menjadi modal utama yang harus ditanamkan pada diri anak bangsa. Disadari, terpuruknya bangsa ini diakibatkan krisis multi dimensi yang berlarut-larut. Dan faktor lain yang cukup mempengaruhi krisis tersebut sampai berlarut-larut adalah lemahnya kepercayaan diri dalam menangani krisis yang berkepanjangan ini. Akibatnya, bangsa ini selalu bergantung kepada bangsa lain. Prilaku bangsa seperti itu mencerminkan bangsa ini miskin, baik dari harga diri maupun skill manusianya.

Terlalu utopis kiranya empat point tersebut dapat merubah kondisi bangsa saat ini secara instan. Akan tetapi, tidak menjadi mustahil pula, kalau empat watak profetik tersebut dapat menjadi pijakan bagi masyarakat kita dalam rangka melakukan perubahan. Untuk itu, memulai dari diri sendiri merupakan kunci keberhasilan dari perubahan yang diimpi-impikan. Semoga!

Related Post by Category



Posted by Toko Alifa on 17.56. Filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. You can leave a response or trackback to this entry

0 komentar for "Watak Profetik Insan Bertaqwa"

Leave a reply

Silahkan komentar jika artikel ini bermanfaat dan maaf komentar spam kami hapus