Di Balik Gempa
''Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak menimpa orang-orang zalim di  antaramu saja. Dan ketahuilah Allah amat keras siksaan-Nya.'' (QS al-Anfaal,  8:25). Agaknya, ayat ini perlu hadir ketika berbagai bencana menerpa. Terutama,  saat hanya dalam beberapa detik bencana terbesar dalam sejarah Indonesia dan  negeri-negeri Asia lainnya merenggut ribuan hingga puluhan ribu saudara kita.  Bahwa, bencana-bencana itu tidak bisa disikapi sebatas peristiwa alam biasa.  Tapi, juga membawa sebagian siksa Allah serta peringatan yang sangat besar dan  menakutkan bagi mereka yang masih di dunia.
Sikap itulah yang segera  dihadirkan Khalifah Umar bin Khattab ketika gempa besar melanda. Diriwayatkan  oleh Shafiyah binti Ubaid bahwa sesudah gempa Umar berpidato, ''Kalian suka  melakukan bid'ah yang tidak ada dalam Alquran, sunah Rasul, dan ijma  (kesepakatan umum) para sahabat Nabi, sehingga kemurkaan dan siksa Allah turun  lebih cepat.'' (Sunan Al Baihaqi).
Pernyataan Umar menarik didalami.  Beliaulah kepala negara yang begitu adil, termasuk kepada orang kafir, serta  teguh dan lurus menjalankan petunjuk Allah selama pemerintahannya. Memang,  pernah ada warga protes ketika belum menerima bantuan negara dalam bentuk zakat  atau subsidi lainnya. Namun, ketika mereka melapor ke Umar, maka petugas zakat,  Maslamah, serta Gubernur Mesir, Amru bin Ash, segera menyelesaikan kewajiban  negara itu.
Di masa Umar takkan mungkin ada kemungkaran besar, semacam  kemusyrikan, pemurtadan, pembantaian manusia, saling bunuh, judi, prostitusi,  dan pengelompokan berdasar fanatisme jahiliyah. Bahkan, korupsi recehan pun  tidak dibiarkan, seperti saat Umar menyita hadiah Gubernur Syam Muawiyah kepada  ayahnya, Abu Sufyan, yang diduga dari harta negara dan rakyat. Namun, meski  ketaatan beliau dan rakyatnya jauh melebihi kita, Umar tetap mengaitkan bencana  dengan dosa manusia. Saat itu berbagai kesalahan warga memang mulai terjadi,  seperti korupsi, enggan berjihad, atau kalaupun mau tidak lagi semata-mata  karena ingin menegakkan kalimah Allah, serta sikap menumpuk harta karena negara  telah makmur.
''Sesungguhnya rahmat-Ku (Allah) melebihi kemurkaan-Ku.''  (HR Muslim). Selagi ada waktu, mari menangisi dosa-dosa kita, hadirkan sikap  takut pada azab-Nya, selalu berharap pada kasih-Nya. Teladanilah pula Umar dalam  membantu korban, di mana beliau memerintahkan Gubernur Mesir Amru mengirim  bantuan pangan saat Madinah dilanda paceklik. Kala rombongan pertama tiba, yang  terakhir baru berangkat. Begitu banyak dan cepat bantuan itu, padahal sebatas  menolong orang-orang lapar.

0 komentar for "Di Balik Gempa"