Sepasang suami isteri - seperti pasangan lain di kota-kota besar meninggalkan anak-anak diasuh pembantu rumah sewaktu bekerja. Anak tunggal pasangan ini, perempuan cantik berusia tiga setengah tahun. Sendirian ia di rumah dan kerap kali dibiarkan pembantunya karena sibuk bekerja di dapur. Bermainlah dia bersama ayun-ayunan di atas buaian yang dibeli ayahnya, ataupun memetik bunga dan lain-lain di halaman rumahnya.

Suatu hari dia melihat sebatang paku karat. Dan ia pun mencoret lantai tempat mobil ayahnya diparkirkan mobil1.jpg, tetapi karena lantainya terbuat dari marmer maka coretan tidak kelihatan. Dicobanya lagi pada mobil baru ayahnya. Ya… karena mobil itu bewarna gelap, maka coretannya tampak jelas. Apalagi anak-anak ini pun membuat coretan sesuai dengan kreativitasnya.

Hari itu ayah dan ibunya bermotor ke tempat kerja motor.jpgkarena ingin menghindari macet. Setelah sebelah kanan mobil sudah penuh coretan maka ia beralih ke sebelah kiri mobil. Dibuatnya gambar ibu dan ayahnya, gambarnya sendiri, lukisan ayam, kucing dan lain sebagainya mengikut imaginasinya. Kejadian itu berlangsung tanpa disadari oleh si pembantu rumah.

Saat pulang petang, terkejutlah pasangan suami istri itu melihat mobil yang baru setahun dibeli dengan bayaran angsuran yang masih lama lunasnya. Si bapak yang belum lagi masuk ke rumah ini pun terus menjerit, “Kerjaan siapa ini !!!” …. Pembantu rumah yang tersentak engan jeritan itu berlari keluar. Dia juga beristighfar. Mukanya merah adam ketakutan lebih-lebih melihat wajah bengis tuannya. Sekali lagi diajukan pertanyaan keras kepadanya, dia terus mengatakan ‘ Saya tidak tahu..tuan.” “Kamu dirumah sepanjang hari, apa saja yg kau lakukan?” hardik si isteri lagi.

Si anak yang mendengar suara ayahnya, tiba-tiba berlari keluar dari kamarnya. Dengan penuh manja dia berkata “Dita yg membuat gambar itu ayahhh.. cantik …kan!” katanya sambil memeluk ayahnya sambil bermanja seperti biasa.. Si ayah yang sudah hilang kesabaran mengambil sebatang ranting kecil dari pohon di depan rumahnya, terus dipukulkannya berkali-kali ke telapak tangan anaknya . Si anak yang tak mengerti apa apa menagis kesakitan, pedih sekaligus ketakutan. Puas memukul telapak tangan, si ayah memukul pula belakang tangan anaknya.

Sedangkan Si ibu cuma mendiamkan saja, seolah merestui dan merasa puas dengan hukuman yang dikenakan. Pembantu rumah terbengong, tidak tahu harus berbuat apa… Si ayah cukup lama memukul-mukul tangan kanan dan kemudian ganti tangan kiri anaknya. Setelah si ayah masuk ke rumah diikuti si ibu, pembantu rumah tersebut menggendong anak kecil itu, membawanya ke kamar.

Dia terperanjat melihat telapak tangan dan belakang tangan si anak kecil luka-luka dan berdarah. Pembantu rumah memandikan anak kecil itu. Sambil menyiramnya dengan air, dia ikut menangis. Anak kecil itu juga menjerit-jerit menahan pedih saat luka-lukanya itu terkena air. Lalu si pembantu rumah menidurkan anak kecil itu. Si ayah sengaja membiarkan anak itu tidur bersama pembantu rumah. Keesokkan harinya, kedua belah tangan si anak bengkak. Pembantu rumah mengadu ke majikannya. “Oleskan obat saja!” jawab bapak si anak.

Pulang dari kerja, dia tidak memperhatikan anak kecil itu yang menghabiskan waktu di kamar pembantu. Si ayah konon mau memberi pelajaran pada anaknya. Tiga hari berlalu, si ayah tidak pernah menjenguk anaknya sementara si ibu juga begitu, meski setiap hari bertanya kepada pembantu rumah. “Dita demam, Bu”…jawab pembantunya ringkas. “Kasih minum panadol aja ,” jawab si ibu. Sebelum si ibu masuk kamar tidur dia menjenguk kamar pembantunya. Saat dilihat anaknya Dita dalam pelukan pembantu rumah, dia menutup lagi pintu kamar pembantunya.

Masuk hari keempat, pembantu rumah memberitahukan tuannya bahwa suhu badan Dita terlalu panas. “Sore nanti kita bawa ke klinik.. Pukul 5.00 sudah siap” kata majikannya itu. Sampai saatnya si anak yang sudah lemah dibawa ke klinik. Dokter mengarahkan agar ia dibawa ke rumah sakit karena keadaannya susah serius. Setelah beberapa hari di rawat inap dokter memanggil bapak dan ibu anak itu. “Tidak ada pilihan..” kata dokter tersebut yang mengusulkan agar kedua tangan anak itu dipotong karena sakitnya sudah terlalu parah dan infeksi akut…”Ini sudah bernanah, demi menyelamatkan nyawanya maka kedua tangannya harus dipotong dari siku ke bawah” kata dokter itu. Si bapak dan ibu bagaikan terkena halilintar mendengar kata-kata itu. Terasa dunia berhenti berputar, tapi apa yg dapat dikatakan lagi.

Si ibu meraung merangkul si anak. Dengan berat hati dan lelehan air mata isterinya, si ayah bergetar tangannya menandatangani surat persetujuan pembedahan. Keluar dari ruang bedah, selepas obat bius yang disuntikkan habis, si anak menangis kesakitan. Dia juga keheranan melihat kedua tangannya berbalut kasa putih. Ditatapnya muka ayah dan ibunya. Kemudian ke wajah pembantu rumah.

Dia mengerutkan dahi melihat mereka semua menangis. Dalam siksaan menahan sakit, si anak bersuara dalam linangan air mata. “Ayah.. ibu… Dita tidak akan melakukannya lagi…. Dita tak mau lagi ayah pukul. Dita tak mau jahat lagi… Dita sayang ayah..sayang ibu.”, katanya berulang kali membuatkan si ibu gagal menahan rasa sedihnya. “Dita juga sayang Mbok Narti..” katanya memandang wajah pembantu rumah, sekaligus membuat wanita itu meraung histeris.

“Ayah.. kembalikan tangan Dita. Untuk apa diambil.. Dita janji tidak akan mengulanginya lagi! Bagaimana caranya Dita mau makan nanti ?… Bagaimana Dita mau bermain nanti ?… Dita janji tidak akan mencoret-coret mobil lagi, ” katanya berulang-ulang. Serasa hancur hati si ibu mendengar kata-kata anaknya. Meraung-raung dia sekuat hati namun takdir yang sudah terjadi tiada manusia dapat menahannya. Nasi sudah jadi bubur.

Pada akhirnya si anak cantik itu meneruskan hidupnya tanpa kedua tangan dan ia masih belum mengerti mengapa tangannya tetap harus dipotong meski sudah minta maaf…Tahun demi tahun kedua orang tua tersebut menahan kepedihan dan kehancuran bathin sampai suatu saat Sang Ayah tak kuat lagi menahan kepedihannya dan wafat diiringi tangis penyesalannya yg tak bertepi…, Namun…., si Anak dengan segala keterbatasan dan kekurangannya tersebut
tetap hidup tegar bahkan sangat sayang dan selalu merindukan ayahnya....semoga ini bisa menjadi bahan renungan kita semua...dan berfikir sebelum mengambil tindakan...salam..

Ketika seorang pengusaha sedang memotong rambutnya pada tukang cukur yang berdomisili tak jauh dari kantornya, mereka melihat ada seorang anak kecil berlari-lari dan melompat-lompat di depan mereka.

Tukang cukur berkata : " Itu Bejo, dia anak paling bodoh di dunia "

" Apa iya ? " jawab pengusaha

Lalu tukang cukur memanggil si Bejo, ia lalu merogoh kantongnya dan mengeluarkan lembaran uang Rp. 1000 dan Rp. 500, lalu menyuruh Bejo memilih

Tukang Cukur : " Bejo, kamu boleh pilih & ambil salah satu uang ini, terserah kamu mau pilih yang mana, ayo nih ! "

Bejo melihat ke tangan Tukang cukur dimana ada uang Rp. 1000 dan Rp. 500, lalu dengan cepat tangannya bergerak mengambil uang Rp. 500.

Tukang cukur dengan perasaan benar dan menang lalu berbalik kepada sang pengusaha dan berkata : " Benar kan yang saya katakan tadi, Bejo itu memang anak terbodoh yang pernah saya temui. Sudah tak terhitung berapa kali saya lakukan tes seperti itu tadi dan ia selalu mengambil uang logam yang nilainya paling kecil. "

Setelah sang pengusaha selesai memotong rambutnya, di tengah perjalanan pulang dia bertemu dengan Bejo. Karena merasa penasaran dengan apa yang dia lihat sebelumnya, dia pun memanggil Bejo lalu bertanya : " Bejo, tadi saya melihat sewaktu tukang cukur menawarkan uang lembaran Rp. 1000 dan Rp. 500, saya lihat kok yang kamu ambil uang yang Rp. 500, kenapa tak ambil yang Rp. 1000, nilainya kan lebih besar 2 kali lipat dari yang Rp. 500 ? "

Bejo pun berkata : " Saya tidak akan dapat lagi Rp. 500 setiap hari, karena tukang cukur itu selalu penasaran kenapa saya tidak ambil yang Rp. 1000. Kalau saya ambil yang Rp. 1000, berarti permainannya akan selesai ... "

PESAN MORAL :
Banyak orang yang merasa lebih pintar dibandingkan orang lain, sehingga mereka sering menganggap remeh orang lain. Ukuran kepintaran seseorang hanya TUHAN yang mengetahuinya. Alangkah bijaksananya kita jika tidak menganggap diri sendiri lebih pintar dari orang lain.

Ini adalah sebuah pertanyaan bagus, cobalah menjawab.....

Anda sedang menyetir sendirian dengan mobil kecilmu, tengah malam, hujan deras
dan banyak guntur dan petir. Agak jauh dari perumahan penduduk.

Tetapi tiba-tiba, mobil anda di stop oleh 3 orang yang yang sedang menunggu tumpangan:

1. Perempuan tua yang sekarat, butuh bantuan darurat

2. Seorang teman lama, yang pernah menyelamatkan hidup anda
3. Partner yang sempurna, yang anda impikan selama ini.

Orang yang mana yang anda pilih, untuk ikut bersama anda.
Karena mobil anda kecil, jadi hanya muat satu orang bersama pengemudi.

Pikirkanlah baik-baik!!!!
(sebelum melanjutkan)

sebuah dilema moral, untuk memilih yang terbaik bagi anda dan sesama.
* Membawa wanita tua itu, karena butuh pertolongan darurat (dia tidak punya banyak waktu menunggu), atau
* Memilih teman lama, yang pernah menyelamatkan hidup anda, ini adalah waktu yang tepat untuk membalasnya.
* atau Parrtner yang sempurna, yang belum tentu akan ketemu lagi seumur hidup.

Telah banyak yang menjawab pertanyaan ini, dan
mereka memilih yang terbaik menurut mereka.
Tetapi telah ditemukan 1 jawaban yang mengejutkan....

^^^

Dia menjawab dengan simpel:
"Saya akan memberikan kunci mobil saya kepada
teman lama yang pernah menyelamatkan hidup saya,
dan dia akan mengantarkan wanita yang sekarat itu.
Saya akan berdiri di samping partner yang saya idamkan,
sambil menunggu tumpangan yang akan lewat.

Bijaklah menanggapi masalah, karena semua pasti ada jalan keluarnya.
Ironis. Para pejabat bermewah-mewahan sementara jutaan rakyatnya hidup dalam kemiskinan dan kelaparan…
Apa salahnya kami hidup mewah punya mobil hingga 7 milyar rupiah? Dalih beberapa pejabat dan anggota DPR. Toh kami mendapatnya dgn cara yang halal.
Jawabnya: Salah!
Allah bukan cuma melihat dari mana harta itu didapat. Tapi juga ke mana harta itu dihabiskan.


”Tahukah kamu orang yang mendustakan agama?
Itulah orang yang menghardik anak yatim,
dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.
Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang salat, yaitu orang-orang yang lalai dari salatnya, orang-orang yang berbuat ria.
Dan enggan menolong dengan barang berguna.” [Al Maa’uun:1-7]
”Tidak beriman kepadaku orang yang tidur dengan kenyang sementara tetangganya lapar padahal dia mengetahui hal itu.” (HR. Al Bazzaar)
”Berikanlah hartamu kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan; dan janganlah kamu menghambur-hamburkan hartamu secara boros.
Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.” [Al Israa’:26-27]


Saat Nabi memimpin ummatnya, 2 negara Adi Kuasa saat itu: Kerajaan Romawi dan Persia nyaris jatuh di tangannya. Jika mau, beliau bisa hidup mewah.
Namun beliau memilih hidup sederhana. Sebaliknya sebagian besar harta beliau sumbangkan untuk kaumnya. Jika pagi beliau mendapat rezeki, maka sore hari sudah nyaris tidak tersisa lagi sekedar untuk bisa makan saja.
Nabi tidur di atas pelepah kurma. Rumahnya yang luasnya sekitar 100 m2, nyaris tidak ada perabotan yang berharga. Beliau sering mengganjal perutnya dengan 3 batu karena menahan lapar. Itulah gaya hidup Nabi.
Sementara para sahabat yang kaya seperti Usman menyumbang 1/3 hartanya untuk Allah. Umar 1/2, sementara Abu Bakar seluruh hartanya beliau sumbangkan.
Jadi beda sekali dengan banyak ummat Islam sekarang yang hidup bermewah-mewahan sementara jutaan rakyat kelaparan.



Ada orang yang berkata tidak apa hidup mewah asal tidak korupsi.
Itu keliru.

Qarun meski mendapat harta dengan cara halal dan tidak korupsi, Allah tetap murka dengannya. Allah murka bukan karena Qarun korupsi. Tapi karena Qarun sombong dengan bermewah-mewahan:
“Karun berkata: “Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku.” Dan apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka.” [Al Qashash 78]
“Maka keluarlah Karun kepada kaumnya dalam kemegahannya. Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia: “Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Karun; sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar.” [Al Qashash 79]
“Maka Kami benamkanlah Karun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang menolongnya terhadap azab Allah. Dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya).” [Al Qashash 81]
Orang kaya yang bermewah-mewahan biasanya memang sombong dan sengaja riya’/pamer dengan membeli rumah dan mobil mewah agar orang-orang tahu kalau mereka kaya.
“Apakah kamu mendirikan pada tiap-tiap tanah tinggi bangunan untuk bermain-main” [Asy Syu'araa' 128]
Bahkan ada seorang anggota DPR dengan sombong berkata, saya dari lahir ini sudah kaya. Mana orang yang lebih kaya daripada saya? Begitu katanya. Padahal semua kekayaan yang dia dapat itu milik Allah. Saat lahir, dia telanjang bulat tidak punya apa-apa. Saat meninggal pun nanti begitu. Segala macam rumah, mobil, dan uang yang dia miliki, sudah bukan milik dia lagi. Tapi berpindah ke ahli warisnya. Demikian seterusnya. Sementara dia cuma jadi tulang belulang dan makanan serangga dan binatang tanah.
Lihat bagaimana Allah menjanjikan siksa neraka kepada orang-orang yang bermegah-megahan dan membanggakan hartanya:

“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” [Al Hadiid 20]
“Bermegah-megahan telah melalaikan kamu” [At Takaatsur 1]
“Niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim” [At Takaatsur 6]
“Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu).” [At Takaatsur 8]
“…Orang-orang yang zalim hanya mementingkan kenikmatan yang mewah yang ada pada mereka, dan mereka adalah orang-orang yang berdosa.” [Huud 116]
“Hingga apabila Kami timpakan azab, kepada orang-orang yang hidup mewah di antara mereka, dengan serta merta mereka memekik minta tolong.” [Al Mu'minuun 64]
father and son rise Yang tidak bisa diucapkan sang ayah

.

Biasanya, bagi seorang anak perempuan yang sudah dewasa, yang sedang bekerja diperantauan, yang ikut suaminya merantau di luar kota atau luar negeri, yang sedang bersekolah atau kuliah jauh dari kedua orang tuanya…..

.

Akan sering merasa kangen sekali dengan Mamanya..
Lalu bagaimana dengan Papa?

.

Mungkin karena Mama lebih sering menelepon untuk menanyakan keadaanmu setiap hari, tapi tahukah kamu, jika ternyata Papa-lah yang mengingatkan Mama untuk menelponmu?
Mungkin dulu sewaktu kamu kecil, Mama-lah yang lebih sering mengajakmu bercerita atau berdongeng, tapi tahukah kamu, bahwa sepulang Papa bekerja dan dengan wajah lelah Papa selalu menanyakan pada Mama tentang kabarmu dan apa yang kau lakukan seharian?

Pada saat dirimu masih seorang anak perempuan kecil……
Papa biasanya mengajari putri kecilnya naik sepeda.
Dan setelah Papa mengganggapmu bisa, Papa akan melepaskan roda bantu di sepedamu…
Kemudian Mama bilang : “Jangan dulu Papa, jangan dilepas dulu roda bantunya” ,
Mama takut putri manisnya terjatuh lalu terluka….

Tapi sadarkah kamu?
Bahwa Papa dengan yakin akan membiarkanmu, menatapmu, dan menjagamu mengayuh sepeda dengan seksama karena dia tahu putri kecilnya PASTI BISA.

Pada saat kamu menangis merengek meminta boneka atau mainan yang baru, Mama menatapmu iba.
Tetapi Papa akan mengatakan dengan tegas : “Boleh, kita beli nanti, tapi tidak sekarang”
Tahukah kamu, Papa melakukan itu karena Papa tidak ingin kamu menjadi anak yang manja dengan semua tuntutan yang selalu dapat dipenuhi?

Saat kamu sakit pilek, Papa yang terlalu khawatir sampai kadang sedikit membentak dengan berkata : “Sudah di bilang! kamu jangan minum air dingin!”.
Berbeda dengan Mama yang memperhatikan dan menasihatimu dengan lembut.
Ketahuilah, saat itu Papa benar-benar mengkhawatirkan keadaanmu.

Ketika kamu sudah beranjak remaja…..
Kamu mulai menuntut pada Papa untuk dapat izin keluar malam, dan Papa bersikap tegas dan mengatakan: “Tidak boleh!”.
Tahukah kamu, bahwa Papa melakukan itu untuk menjagamu?
Karena bagi Papa, kamu adalah sesuatu yang sangat – sangat luar biasa berharga..
Setelah itu kamu marah pada Papa, dan masuk ke kamar sambil membanting pintu…
Dan yang datang mengetok pintu dan membujukmu agar tidak marah adalah Mama….
Tahukah kamu, bahwa saat itu Papa memejamkan matanya dan menahan gejolak dalam batinnya,
Bahwa Papa sangat ingin mengikuti keinginanmu, Tapi lagi-lagi dia HARUS menjagamu?

Ketika saat seorang cowok mulai sering menelponmu, atau bahkan datang ke rumah untuk menemuimu, Papa akan memasang wajah paling cool sedunia…. :’)
Papa sesekali menguping atau mengintip saat kamu sedang ngobrol berdua di ruang tamu..
Sadarkah kamu, kalau hati Papa merasa cemburu?

Saat kamu mulai lebih dipercaya, dan Papa melonggarkan sedikit peraturan untuk keluar rumah untukmu, kamu akan memaksa untuk melanggar jam malamnya.
Maka yang dilakukan Papa adalah duduk di ruang tamu, dan menunggumu pulang dengan hati yang sangat khawatir…
Dan setelah perasaan khawatir itu berlarut – larut…
Ketika melihat putri kecilnya pulang larut malam hati Papa akan mengeras dan Papa memarahimu.. .

Sadarkah kamu, bahwa ini karena hal yang di sangat ditakuti Papa akan segera datang?
“Bahwa putri kecilnya akan segera pergi meninggalkan Papa”

Setelah lulus SMA, Papa akan sedikit memaksamu untuk menjadi seorang Dokter atau Insinyur.
Ketahuilah, bahwa seluruh paksaan yang dilakukan Papa itu semata – mata hanya karena memikirkan masa depanmu nanti…
Tapi toh Papa tetap tersenyum dan mendukungmu saat pilihanmu tidak sesuai dengan keinginan Papa

Ketika kamu menjadi gadis dewasa….
Dan kamu harus pergi kuliah dikota lain…
Papa harus melepasmu di bandara.
Tahukah kamu bahwa badan Papa terasa kaku untuk memelukmu?
Papa hanya tersenyum sambil memberi nasehat ini – itu, dan menyuruhmu untuk berhati-hati. .
Padahal Papa ingin sekali menangis seperti Mama dan memelukmu erat-erat.
Yang Papa lakukan hanya menghapus sedikit air mata di sudut matanya, dan menepuk pundakmu berkata “Jaga dirimu baik-baik ya sayang”.
Papa melakukan itu semua agar kamu KUAT….kuat untuk pergi dan menjadi dewasa.

Disaat kamu butuh uang untuk membiayai uang semester dan kehidupanmu, orang pertama yang mengerutkan kening adalah Papa.
Papa pasti berusaha keras mencari jalan agar anaknya bisa merasa sama dengan teman-temannya yang lain.
Ketika permintaanmu bukan lagi sekedar meminta boneka baru, dan Papa tahu ia tidak bisa memberikan yang kamu inginkan…

Kata-kata yang keluar dari mulut Papa adalah : “Tidak…. Tidak bisa!”
Padahal dalam batin Papa, Ia sangat ingin mengatakan “Iya sayang, nanti Papa belikan untukmu”.
Tahukah kamu bahwa pada saat itu Papa merasa gagal membuat anaknya tersenyum?

Saatnya kamu diwisuda sebagai seorang sarjana.
Papa adalah orang pertama yang berdiri dan memberi tepuk tangan untukmu.
Papa akan tersenyum dengan bangga dan puas melihat “putri kecilnya yang tidak manja berhasil tumbuh dewasa, dan telah menjadi seseorang”

Sampai saat seorang teman Lelakimu datang ke rumah dan meminta izin pada Papa untuk mengambilmu darinya.
Papa akan sangat berhati-hati memberikan izin..
Karena Papa tahu…..
Bahwa lelaki itulah yang akan menggantikan posisinya nanti.

Dan akhirnya….
Saat Papa melihatmu duduk di Panggung Pelaminan bersama seseorang Lelaki yang di anggapnya pantas menggantikannya, Papa pun tersenyum bahagia….
Apakah kamu mengetahui, di hari yang bahagia itu Papa pergi kebelakang panggung sebentar, dan menangis?
Papa menangis karena papa sangat berbahagia, kemudian Papa berdoa….
Dalam lirih doanya kepada Tuhan, Papa berkata: “Ya Tuhan tugasku telah selesai dengan baik….
Putri kecilku yang lucu dan kucintai telah menjadi wanita yang cantik….
Bahagiakanlah ia bersama suaminya…”

Setelah itu Papa hanya bisa menunggu kedatanganmu bersama cucu-cucunya yang sesekali datang untuk menjenguk…
Dengan rambut yang telah dan semakin memutih….
Dan badan serta lengan yang tak lagi kuat untuk menjagamu dari bahaya….
Papa telah menyelesaikan tugasnya….

Papa, Ayah, Bapak, atau Abah kita…
Adalah sosok yang harus selalu terlihat kuat…
Bahkan ketika dia tidak kuat untuk tidak menangis…
Dia harus terlihat tegas bahkan saat dia ingin memanjakanmu. .
Dan dia adalah yang orang pertama yang selalu yakin bahwa “KAMU BISA” dalam segala hal..

girl Menikahi Saudari Istri setelah Istri Meninggal Dunia

Pertanyaan

.

Memperhatikan permohonan fatwa No. 113 thun 2009 yang berisi:

.

Apakah saya boleh menikahi saudari perempuan istri saya setelah 48 hari dari meninggalnya istri saya tersebut?

.

Jawaban
Dewan Fatwa

Ya, hal itu dibolehkan. Yang dilarang adalah mengumpulkan dua perempuan bersaudara dalam satu ikatan pernikahan pada satu waktu. Hal ini berdasarkan firman Allah SWT,

Dan menghimpunkan (dalam pernikahan) dua perempuan yang bersaudara.” (An-Nisâ` [4]: 23).

Dengan demikian, jika istri meninggal dunia, maka sang suami dibolehkan menikah dengan saudari istrinya tersebut tanpa perlu menunggu masa tertentu. Begitu pula jika seorang istri dicerai oleh suaminya dengan talak bain, maka menurut jumhur ulama suaminya boleh menikah lagi dengan saudari mantan istrinya tersebut tanpa perlu menunggu terlewatinya masa tertentu. Sedangkan ulama Hanafiyah berpendapat bahwa suami harus menunggu hingga istrinya selesai melaksanakan iddah.

Wallahu subhânahu wa ta’âlâ a’lam.

Sumber:
dar-alifta.org

Kiai Marwan, adalah seorang kiai dari Nganjuk. Kiai ini sudah hampir mendekati lima puluh tahun usianya, tetapi masih membujang. Keinginan untuk berkonsentrasi sebagai Kiai tanpa menghiraukan urusan dunia termasuk wanita, membuatnya menjadi bujang lapuk. Tapi soal kebutuhan penyaluran syahwat, tetap saja mengusik setiap hari. Apalagi kalau ia berfikir, siapa nanti yang meneruskan pesantrennya kalau ia tidak punya putra ?


Kisah seorang kiai yang mencari jodoh dari tempat pelacuran


Dengan segala kejengkelan pada diri sendiri dan gemuruh jiwanya, akhirnya Kiai Marwan melakukan istikharoh, mohon petunjuk kepada Allah, siapa sesungguhnya wanita yang menjadi jodohnya?

Petunjuk yang muncul dalam istikharoh, adalah agar Kiai Marwan mendatangi sebuah komplek pelacuran terkenal di daerahnya. “Disanalah jodoh anda nanti…” kata suara dalam istikharoh itu.

Tentu saja Kiai Marwan menangis tak habis-habisnya, setengah memprotes Tuhannya. Kenapa ia harus berjodoh dengan seorang pelacur ? Bagaimana kata para santri dan masyarakat sekitar nanti, kalau Ibu Nyainya justru seorang pelacur? “Ya Allah…! Apakah tidak ada perempuan lain di dunia ini ?”

Dengan tubuh yang gontai, layaknya seorang yang sedang mabuk, Kiai Marwan nekad pergi ke komplek pelacuran itu. Peluhnya membasahi seluruh tubuhnya, dan jantungnya berdetak keras, ketika memasuki sebuah warung dari salah satu komplek itu. Dengan kecemasan luar biasa, ia memandang seluruh wajah pelacur di sana, sembari menduga-duga, siapa diantara mereka yang menjadi jodohnya.

Dalam keadaan tak menentu, tiba-tiba muncul seorang perempuan muda yang cantik, berjilbab, menenteng kopor besar, memasuki warung yang sama, dan duduk di dekat Kiai Marwan. “Masya Allah, apa tidak salah perempuan cantik ini masuk ke warung ini?” kata benaknya.

“Mbak, maaf, Mbak. Mbak dari mana, kok datang kemari ? Apa Mbak tidak salah alamat ?” tanya Kiai Marwan pada perempuan itu. Perempuan itu hanya menundukkan mukanya. Lama-lama butiran airmatanya mulai mengembang dan menggores pipinya. Sambil menatap dengan mata kosong, perempuan itu mulai mengisahkan perjalanannya, hingga ke tempat pelacuran ini. Singkat cerita, perempuan itu minggat dari rumah orang tuanya, memang sengaja ingin menjadi pelacur, gara-gara ia dijodohkan paksa dengan pria yang tidak dicintainya.

“Masya Allah…. Masya Allah… Mbak.. Begini saja Mbak, Mbak ikut saya saja .…” kata Kiai Marwan, sambil mengisahkan dirinya sendiri, kenapa ia pun juga sampai ke tempat pelacuran itu. Dan tanpa mereka sadari, kedua makhluk itu akhirnya sepakat untuk berjodoh.

Kisah tentang kiai Marwan ini sesungguhnya merupakan refleksi dari rahasia Allah yang hanya bisa difahami lebih terbuka dari dunia Sufi.

Hal ini menggambarkan bagaimana dunia jiwa, dunia moral, dunia keindahan dan kebesaran Ilahi, harus direspon tanpa harus ditimbang oleh fakta-fakta normatif sosial yang terkadang malah menjebak moral seorang hamba Allah.

Sebab tidak jarang, seorang Kiai, sering mempertaruhkan harga dirinya di depan pendukungnya, ketimbang mempertaruhkan harga dirinya di depan Allah. Dan begitulah cara Allah menyindir para Kiai, dengan menampilkan Kiai Marwan ini.?

[Mari ambil hikmah dari kisah singkat ini bahwa : Allah pasti telah menetapkan segalanya yang terbaik untuk kita, tinggal bagaimana kita saja dapat menerimanya atau tidak, Meskipun mungkin dengan cara-cara yang sama sekali tidak kita duga sebelumnya
Seorang pesepak bola arab terkenak azab ilahi, begitu menurut berita yang saya kutip. setelah dia melompat merebut bola tanpa sebab tubuhnya kejang-kejang dan melompat-lompat dengan leher terpelongok ke atas sampai dia menemu ajalnya, dan inilah tayangan videonya:


Sejumlah Ulama berpendapat bahwa manusia dan jin sama-sama dibebani dengan hukum taklifi (kewajiban dan larangan). Karena itu, para jin pun berkewajiban menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi semua larangan-Nya. Silahkan baca artikel di bawah ini yang kami himpun dari republika untuk lebih jelasnya.

Lihat surah Adz-Dzariyat [51]: 56. Mereka yang menjalankan perintah tersebut tentu saja akan mendapatkan balasan pahala dari Allah dan yang mengerjakan larangan-Nya juga akan mendapatkan balasan yang setimpal.

Dalam surah Ar-Rahman terdapat sejumlah pernyataan Allah SWT yang berulang-ulang tentang “kamu berdua mendustakan” (tukazziban). Yang dimaksud di sini adalah jin dan manusia.

Lalu, darimanakah mereka mengetahui semua perintah itu, dan bagaimana mereka menaatinya? Adakah rasul yang berasal dari golongan jin? Tak ada keterangan mengenai hal ini. Hanya saja, Alquran menyebutkan bahwa jin dan manusia diciptakan adalah untuk beribadah kepada Allah.




Dalam Alquran disebutkan bahwa setiap umat itu ada seorang rasul yang diutus kepada mereka untuk menyeru dan mengajaknya pada jalan kebenaran. “Tiap-tiap umat mempunyai rasul. Apabila telah datang rasul mereka, diberikanlah keputusan antara mereka dengan adil dan mereka (sedikit pun) tidak dianiaya.” (QS Yunus [10]: 47).

Menurut sejumlah pendapat ulama, tak ada jin yang diutus menjadi nabi dan rasul. Karena itu, nabi dan rasul hanya berasal dari golongan manusia. Dan, setiap nabi dan rasul itu berkewajiban menyampaikan dakwahnya kepada umat manusia dan golongan jin. Karena itulah, ada jin yang beriman dan ada pula yang tidak. Yang beriman disebut dengan jin Muslim dan yang ingkar atau jahat berasal dari golongan jin kafir.

Alquran memberitahukan bahwa Allah SWT menghadapkan serombongan jin kepada Nabi Muhammad SAW untuk mendengarkan Alquran. Mereka mendengarnya dengan penuh ketekunan. Ketika pembacaan sudah selesai, mereka kembali pada kaumnya untuk memberi peringatan. Mereka mengatakan kepada kaumnya bahwa mereka telah mendengar Alquran, kitab yang diturunkan setelah Musa AS, yang membenarkan kitab-kitab sebelumnya.

Lebih jauh, mereka mengharapkan agar kaumnya mau menerima seruan mereka dan segala dosa mereka diampuni. Bila mereka (kaum jin) tidak menerima seruan tersebut, azab Allah SWT pasti menimpa mereka, sebagaimana diterangkan dalam firman Allah SWT surah Al-Ahqaf [46] ayat 29-32.

Ibnu Mas’ud menyatakan, dirinya ikut menyaksikan malam turunnya ayat Jin ini. Rasulullah SAW bersabda, “Aku didatangi juru dakwah dari kalangan jin. Lalu, kami pergi bersamanya, dan aku bacakan Alquran kepada mereka.” Peristiwa itu terjadi di Masjid Jin, Makkah, di dekat pemakamam Ma’la sekarang ini.

Diperintah Manusia

Seorang manusia yang pernah memerintah jin terjadi pada zaman Nabi Sulaiman AS. Di masa Nabi Sulaiman berkuasa, pernah sebagian jin dengan izin Allah SWT diperintahkan untuk bekerja di bawah kekuasaannya. Mereka berbuat apa yang dikehendaki Nabi Sulaiman, seperti membuat gedung-gedung yang tinggi, patung-patung, piring-piring yang besarnya seperti kolam, dan periuk yang tetap berada di atas tungku. Lihat QS Saba [34] ayat 12-13.

Peristiwa Nabi Sulaiman yang memberikan tugas kepada kaum jin ini juga menunjukkan bahwa para jin mempunyai keterampilan dan ilmu pengetahuan tentang hal tersebut. Akan tetapi, ilmu yang mereka miliki juga sangat terbatas. Misalnya, mereka baru mengetahui bahwa Nabi Sulaiman wafat setelah jasadnya tersungkur karena tongkatnya dimakan rayap.

Sejumlah ulama juga berpendapat bahwa Nabi Muhammad SAW juga memperoleh anugerah yang sama. Beliau juga dapat menundukkan jin. Dalam suatu kesempatan, beliau pernah bermaksud mengikat salah satu jin yang menganggu ketika sedang shalat, tetapi maksud tersebut beliau batalkan karena mengingat permohonan Nabi Sulaiman memperoleh anugerah yang tidak wajar diperoleh seseorang pun sesudah beliau.

Tiga Tingkatan

Ibnu Taimiyah membagi manusia yang mampu memerintah jin pada tiga tingkat.
Pertama, memerintah jin sesuai dengan yang diperintahkan Allah, yakni beribadah hanya kepada-Nya dan taat kepada Rasul-Nya. Siapa yang melakukan ini, ia termasuk wali Allah yang paling utama.

Kedua, memanfaatkan jin untuk tujuan-tujuan mubah (bukan yang dilarang bukan pula yang dianjurkan agama) sambil memerintahnya melaksanakan kewajiban dan menghindari larangan Allah. Orang seperti ini bagaikan raja. Kalaupun ia termasuk wali Allah, peringkatnya di bawah peringkat pertama.

Ketiga, menggunakan jin untuk hal-hal yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya, seperti syirik dan membunuh. Manusia yang termasuk kategori ketiga ini menurut Ibnu Taimiyah sebenarnya telah tertipu oleh setan.

Syekh Muhammad Mutawalli asy-Sya’rawi, seorang ulama al-Azhar kontemporer, berpendapat bahwa Allah SWT dengan Qudrat-Nya mampu menjadikan jenis makhluk yang rendah memperalat dan mengatasi jenis makhluk yang tinggi. Syekh asy-Sya’rawi menambahkan bahwa kemungkinan yang tergambar dalam benak menyangkut kekuasaan manusia atas jin adalah terhadap jin yang baik atau yang jahat.

Jin yang baik, sebagaimana manusia yang baik. Menurut asy-Sya’rawi, mereka tidak mungkin rela diperalat oleh siapapun. Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa tidak ada jin yang ditundukkan atau diperalat manusia, kecuali yang jahat.


Relaxlah beberapa detik untuk melihat gambar yang tidak begitu penting akan tetapi cukup menghibur.
Mohon dimulai dan dibuka secara berurutan dan perlahan untuk mencoba 'Meresapi dan Menghayati' setiap Imajinasi dari setiap gambar.

hayati gan

























































dan ini imajinasi tertinggi gan
renungkan gan

KITA MANUSIA ADALAH HANYA MAKHLUK YANG SANGAT KECIL, BENAR KAN? JADI JANGAN TERLALU MENGKHAWATIRKAN SEGALA HAL,

SESUATU YANG BERHARGA DAN KESEMPATAN SELALU ADA SETIAP SAAT, LAKUKAN SEGALA APA YANG KAMU HARAPKAN, PERLUAS PANDANGANMU, PERLUAS PIKIRANMU, JANGAN TERLALU KHAWATIR TERHADAP SEGALA SESUATU YANG MENGGANGGUMU, LAKUKAN HAL YANG BERGUNA YANG KALIAN SUKA, HIDUP SEJAHTERA DAN DENGAN DAMAI, SELALU BAHAGIA UNTUK MENYAMBUT KEDATANGAN HARI-HARI. NIKMATI TERBITNYA MATAHARI, SELALU MELIHAT BAGIAN YANG BAIK DARI SEGALA SESUATU.

sumber : www.kaskus.us


Berdasarkan Kisah Nyata : Sebagai seorang anak yang berbakti kepada orang tuanya, Hasan (bukan nama sebenarnya), mengajak ibunya untuk menunaikan rukun Islam yang kelima. Sarah (juga bukan nama sebenarnya), sang Ibu, tentu senang dengan ajakan anaknya itu. Sebagai muslim yang mampu secara materi, mereka memang berkewajiban menunaikan ibadah Haji.

Segala perlengkapan sudah disiapkan. Singkatnya ibu anak-anak ini akhirnya berangkat ke tanah suci. Kondisi keduanya sehat wal afiat, tak kurang satu apapun. Tiba harinya mereka melakukan thawaf dengan hati dan niat ikhlas menyeru panggilan Allah, Tuhan Semesta Alam. “Labaik allahuma labaik, aku datang memenuhi seruanMu ya Allah”.

Hasan menggandeng ibunya dan berbisik, “Ummi undzur ila Ka’bah (Bu,lihatlah Ka’bah).” Hasan menunjuk kepada bangunan empat persegi berwarna hitam itu. Ibunya yang berjalan di sisi anaknya tak beraksi, ia terdiam. Perempuan itu sama sekali tidak melihat apa yang ditunjukkan oleh anaknya. Hasan kembali membisiki ibunya. Ia tampak bingung melihat raut wajah ibunya. Di wajah ibunya tampak kebingungan. Ibunya sendiri tak mengerti mengapa ia tak bisa melihat apapun selain kegelapan. beberapakali ia mengusap-usap matanya, tetapi kembali yang tampak hanyalah kegelapan. Padahal, tak ada masalah dengan kesehatan matanya. Beberapa menit yang lalu ia masih melihat segalanya dengan jelas, tapi mengapa memasuki Masjidil Haram segalanya menjadi gelap gulita.


Tujuh kali Haji Anak yang sholeh itu bersimpuh di hadapan Allah. Ia shalat memohon ampunan-Nya. Hati Hasan begitu sedih. Siapapun yang datang ke Baitulah, mengharap rahmatNYA. Terasa hampa menjadi tamu Allah, tanpa menyaksikan segala kebesaran-Nya, tanpa merasakan kuasa-Nya dan juga rahmat-Nya. Hasan tidak berkecil hati, mungkin dengan ibadah dan taubatnya yang sungguh-sungguh, Ibundanya akan dapat merasakan anugrah-Nya, dengan menatap Ka’bah, kelak. Anak yang saleh itu berniat akan kembali membawa ibunya berhaji tahun depan. Ternyata nasib baik belum berpihak kepadanya.

Tahun berikutnya kejadian serupa terulang lagi. Ibunya kembali dibutakan di dekat Ka’bah, sehingga tak dapat menyaksikan bangunan yang merupakan symbolpersatuan umat Islam itu. Wanita itu tidak bisa melihat Ka’bah. Hasan tidak patah arang. Ia kembali membawa ibunya ke tanah suci tahun berikutnya. Anehnya, ibunya tetap saja tak dapat melihat Ka’bah. Setiap berada di Masjidil Haram, yang tampak di matanya hanyalah gelap dan gelap. Begitulah

keganjilan yang terjadi pada diri Sarah. Hingga kejadian itu berulang sampai tujuh kali menunaikan ibadah haji. Hasan tak habis pikir, ia tak mengerti, apa yang menyebabkan ibunya menjadi buta di depan Ka’bah. Padahal, setiap berada jauh dari Ka’bah, penglihatannya selalu normal. Ia bertanya-tanya, apakah ibunya punya kesalahan sehingga mendapat azab Allah SWT ?. Apa yang telah diperbuat ibunya, sehingga mendapat musibah seperti itu ? Segala pertanyaan berkecamuk dalam dirinya. Akhirnya diputuskannya untuk mencari seorang alim ulama, yang dapat membantu permasalahannya.

Beberapa saat kemudian ia mendengar ada seorang ulama yang terkenal karena kesholehannya dan kebaikannya di Abu Dhabi (Uni Emirat). Tanpa kesulitan berarti, Hasan dapat bertemu dengan ulama yang dimaksud. Ia pun mengutarakan masalah kepada ulama yang saleh ini. Ulama itu mendengarkan dengan seksama, kemudian meminta agar Ibu dari hasan mau menelponnya. anak yang berbakti ini pun pulang. Setibanya di tanah kelahirannya, ia meminta ibunya untuk menghubungi ulama di Abu Dhabi tersebut. Beruntung, sang Ibu mau memenuhi permintaan anaknya. Ia pun mau menelpon ulama itu, dan menceritakan kembali peristiwa yang dialaminya di tanah suci. Ulama itu kemudian meminta Sarah introspeksi, mengingat kembali, mungkin ada perbuatan atau peristiwa yang terjadi padanya di masa lalu, sehingga ia tidak mendapat rahmat Allah.



Sarah diminta untuk bersikap terbuka, mengatakan dengan jujur, apa yang telah dilakukannya.


“Anda harus berterus terang kepada saya, karena masalah Anda bukan masalah sepele,” kata ulama itu pada Sarah. Sarah terdiam sejenak. Kemudian ia meminta waktu untuk memikirkannya. Tujuh hari berlalu, akan tetapi ulama itu tidak mendapat kabar dari Sarah. Pada minggu kedua setelah percakapan pertama mereka, akhirnya Sarah menelpon. “Ustad, waktu masih muda, saya bekerja sebagai perawat di rumah sakit,” cerita Sarah akhirnya. “Oh,bagus…. Pekerjaan perawat adalah pekerjaan mulia,” potong ulama itu. “Tapi saya mencari uang sebanyak-banyaknya dengan berbagai cara, tidak peduli, apakah cara saya itu halal atau haram,” ungkapnya terus terang. Ulama itu terperangah. Ia tidak menyangka wanita itu akan berkata demikian. “Disana….” sambung Sarah, “Saya sering kali menukar bayi, karena tidak semua ibu senang dengan bayi yang telah dilahirkan. Kalau ada yang menginginkan anak laki-laki, padahal bayi yang dilahirkannya perempuan, dengan imbalan uang, saya tukar bayi-bayi itu sesuai dengan keinginan mereka.”
Ulama tersebut amat terkejut mendengar penjelasan Sarah. “Astagfirullah……” betapa tega wanita itu menyakiti hati para ibu yang diberi amanah Allah untuk melahirkan anak. bayangkan, betapa banyak keluarga yang telah dirusaknya, sehingga tidak jelas nasabnya. Apakah Sarah tidak tahu, bahwa dalam Islam menjaga nasab atau keturunan sangat penting. Jika seorang bayi ditukar, tentu nasabnya menjadi tidak jelas. Padahal, nasab ini sangat menentukan dalam perkawinan, terutama dalam masalah mahram atau muhrim, yaitu orang-orang yang tidak boleh dinikahi.

“Cuma itu yang saya lakukan,” ucap Sarah. “Cuma itu ?” tanya ulama terperangah. “Tahukah anda bahwa perbuatan Anda itu dosa yang luar biasa, betapa banyak keluarga yang sudah Anda hancurkan !”. ucap ulama dengan nada tinggi. “Lalu apa lagi yang Anda kerjakan ?” tanya ulama itu lagi sedikit kesal. “Di rumah sakit, saya juga melakukan tugas memandikan orang mati.” “Oh bagus, itu juga pekerjaan mulia,” kata ulama. “Ya, tapi saya memandikan orang mati karena ada kerja sama dengan tukang sihir.” “Maksudnya ?”. tanya ulama tidak mengerti. “Setiap saya bermaksud menyengsarakan orang, baik membuatnya mati atau sakit, segala perkakas sihir itu sesuai dengan syaratnya, harus dipendam di dalam tanah. Akan tetapi saya tidak menguburnya di dalam tanah, melainkan saya masukkan benda-benda itu ke dalam mulut orang yang mati.”
“Suatu kali, pernah seorang alim meninggal dunia. Seperti biasa, saya memasukkan berbagai barang-barang tenung seperti jarum, benang dan lain-lain ke dalam mulutnya. Entah mengapa benda-benda itu seperti terpental, tidak mau masuk, walaupun saya sudah menekannya dalam-dalam. Benda-benda itu selalu kembali keluar. Saya coba lagi begitu seterusnya berulang-ulang. Akhirnya, emosi saya memuncak, saya masukkan benda itu dan saya jahit mulutnya. Cuma itu dosa yang saya lakukan.” Mendengar penuturan Sarah yang datar dan tanpa rasa dosa, ulama itu berteriak marah.

“Cuma itu yang kamu lakukan ?”. “Masya Allah. …!!! Saya tidak bisa bantu anda. Saya angkat tangan”. Ulama itu amat sangat terkejutnya mengetahui perbuatan Sarah. Tidak pernah terbayang dalam hidupnya ada seorang manusia, apalagi ia adalah wanita, yang memiliki nurani begitu tega, begitu keji. Tidak pernah terjadi dalam hidupnya, ada wanita yang melakukan perbuatan sekeji itu. Akhirnya ulama itu berkata, “Anda harus memohon ampun kepada Allah, karena hanya Dialah yang bisa mengampuni dosa Anda.”

Bumi menolaknya.

Setelah beberapa lama, sekitar tujuh hari kemudian ulama tidak mendengar kabar selanjutnya dari Sarah. Akhirnya ia mencari tahu dengan menghubunginyamelalui telepon. Ia berharap Sarah telah bertobat atas segala yang telah diperbuatnya. Ia berharap Allah akan mengampuni dosa Sarah, sehingga Rahmat Allah datang kepadanya. Karena tak juga memperoleh kabar, ulama itu menghubungi keluarga Hasan di Mesir. Kebetulan yang menerima telepon adalah Hasan sendiri. Ulama menanyakan kabar Sarah, ternyata kabar duka yang diterima ulama itu.
“Ummi sudah meninggal dua hari setelah menelpon ustad,” ujar Hasan. Ulama itu terkejut mendengar kabar tersebut. “Bagaimana ibumu meninggal,Hasan ?”. tanya ulama itu.

Hasanpun akhirnya bercerita :

Setelah menelpon sang ulama, dua hari kemudian ibunya jatuh sakit dan meninggal dunia. Yang mengejutkan adalah peristiwa penguburan Sarah. Ketika tanah sudah digali, untuk kemudian dimasukkan jenazah atas ijin Allah, tanah itu rapat kembali, tertutup dan mengeras. Para penggali mencari lokasi lain untuk digali. Peristiwa itu terulang kembali. Tanah yang sudah digali kembali menyempit dan tertutup rapat. Peristiwa itu berlangsung begitu cepat, sehingga tidak seorangpun pengantar jenazah yang menyadari bahwa tanah itu kembali rapat. Peristiwa itu terjadi berulang-ulang. Para pengantar yang menyaksikan peristiwa itu merasa ngeri dan merasakan sesuatu yang aneh terjadi. Mereka yakin, kejadian tersebut pastilah berkaitan dengan perbuatan si mayit.

Waktu terus berlalu, para penggali kubur putus asa dan kecapaian karena pekerjaan mereka tak juga usai. Siangpun berlalu, petang menjelang, bahkan sampai hampir maghrib, tidak ada satupun lubang yang berhasil digali. Mereka akhirnya pasrah, dan beranjak pulang. Jenazah itu dibiarkan saja tergeletak di hamparan tanah kering kerontang. Sebagai anak yang begitu saying dan hormat kepada ibunya, Hasan tidak tega meninggalkan jenazah orang tuanya ditempat itu tanpa dikubur. Kalaupun dibawa pulang, rasanya tidak mungkin.

Hasan termenung di tanah perkuburan seorang diri. Dengan ijin Allah, tiba-tiba berdiri seorang laki-laki yang berpakaian hitam panjang, seperti pakaian khusus orang Mesir. Lelaki itu tidak tampak wajahnya, karena terhalang tutup kepalanya yang menjorok ke depan. Laki-laki itu mendekati Hasan kemudian berkata padanya,” Biar aku tangani jenazah ibumu, pulanglah!”. Kata orang itu.

Hasan lega mendengar bantuan orang tersebut, Ia berharap laki-laki itu akan menunggu jenazah ibunya. Syukur-syukur mau menggali lubang untuk kemudian mengebumikan ibunya. “Aku minta supaya kau jangan menengok ke belakang, sampai tiba di rumahmu, “pesan lelaki itu. Hasan mengangguk, kemudian ia meninggalkan pemakaman. Belum sempat ia di luar lokasi pemakaman, terbersit keinginannya untuk mengetahui apa yang terjadi dengan jenazah ibunya.

Sedetik kemudian ia menengok ke belakang. Betapa pucat wajah Hasan, melihat jenazah ibunya sudah dililit api, kemudian api itu menyelimuti seluruh tubuh ibunya. Belum habis rasa herannya, sedetik kemudian dari arah yang berlawanan, api menerpa wajah Hasan. Hasan ketakutan. Dengan langkah seribu, ia pun bergegas meninggalkan tempat itu.

Demikian yang diceritakan Hasan kepada ulama itu. Hasan juga mengaku, bahwa separuh wajahnya yang tertampar api itu kini berbekas kehitaman karena terbakar. Ulama itu mendengarkan dengan seksama semua cerita yang diungkapkan Hasan. Ia menyarankan, agar Hasan segera beribadah dengan khusyuk dan meminta ampun atas segala perbuatan atau dosa-dosa yang pernah dilakukan oleh ibunya. Akan tetapi, ulama itu tidak menceritakan kepada Hasan, apa yang telah diceritakan oleh ibunya kepada ulama itu. Ulama itu meyakinkan Hasan, bahwa apabila anak yang soleh itu memohon ampun dengan sungguh-sungguh, maka bekas luka di pipinya dengan ijin Allah akan hilang.

Benar saja, tak berapa lama kemudian Hasan kembali mengabari ulama itu, bahwa lukanya yang dulu amat terasa sakit dan panas luar biasa, semakin hari bekas kehitaman hilang. Tanpa tahu apa yang telah dilakukan ibunya selama hidup, Hasan tetap mendoakan ibunya. Ia berharap, apapun perbuatan dosa yang telah dilakukan oleh ibunya, akan diampuni oleh Allah SWT.
Semoga kisah nyata dari Mesir ini bisa menjadi pelajaran bagi kita semua.


Melewati Bostwana, Zimbabwe, Mozambique, Malawi, Tanzania, Kenya, Turki, Suriah, dan Yordania, Nathim Caircross (28 tahun) dan Imtiyaz Ahmad Haron (25 tahun) mengayuh sepeda ke Arab Saudi. Setiap hari mereka harus mengayuh sejauh 80-100 km, bermula dari Cape Town, Afrika Selatan.

http://2.bp.blogspot.com/_h0S31GnDkZM/TMpTf_iv2II/AAAAAAAACAc/7EUb-M8DNmc/s1600/nathim_cairncross_kanan_dan_imtiyaz_ahmad_haron.jpg


'Mengayuh sepeda ke Kerajaan dari Cape Town adalah pengalaman yang melelahkan. Kami melakukan perjalanan dengan cara ini sehingga kita siap untuk menjalani kerasnya ibadah haji,' kata Cairncross, yang berprofesi sebagai perencana kota.


Di Cape Town mereka kuliah hukum Islam di sebuah universitas. Cairncross hobi berselancar angin, Haron hobi kickboxing dan mendaki gunung. Cairncross kemudian kursus perencanaan kota yang kemudian mengantarnhya kepada dunia kerja. Mereka mengaku bahagia begitu tiba di perbatasan Arab.


Mereka memulai perjalanan pada 7 Februari 2010. Ini adalah perjalanan haji pertama mereka. 'Kami bisa naik pesawat, tapi kami menghargai perjalanan yang berbeda. Jadi kami memilih menggunakan sepeda kami. Bersepeda adalah kegiatan yang paling kami sukai,' kata Cairncross.

Senja tiba, mereka akan mencari masjid atau memasang untuk beristirahat. Selepas Subuh, mereka melanjutkan perjalanan lagi. Selama perjalanan, Selama perjalanan,eka menemukan orang-orang yang ramah dan menyambut baik mereka. Orang-orang salut atas perjalanan haji mereka. Tawaran makan pun berdatangan selama di perjalanan.


Mereka membawa bekal yang minim. Tawaran bantuan uang pun berdatangan kepada mereka. Di perbatasan Arab, petugas keamanan juga menyambut ramah dua jamaah yang harus pula turun naik pegunungan dengan mengayuh sepeda. Melewati sembilan negara selama sembilan bulan, mereka sering mengganti ban dan memperbaiki rantai sepeda.


Masalah bahasa sedikit menjadi kendala dalam perjalanan mereka. Tapi, mereka bisa mengatasinya. Selesai berhaji, mereka akan pulang melalui Afrika Barat.


Bismillaahirrahmanirrahiim,

Wahai anakku, sesungguhnya kalau ada satu butir biji sawi yang tersembunyi di dalam batu atau di langit atau di bumi, maka Allah mengetahuinya. Sungguh Allah itu Maha Halus lagi Maha Mengetahui. (QS. Luqman : 16).

Allah SWT mempunyai nama indah Al-Khabir. Kha, ba dan ra, itulah huruf-huruf penyusunnya. Kata yang tersusun dari huruf-huruf tersebut berkisar maknanya pada dua hal, yaitu pengetahuan dan kelemah-lembutan. Khabir biasanya digunakan untuk menunjukan pengetahuan yang dalam dan sangat rinci menyangkut hal-hal yang sangat tersembunyi.

Menurut Imam Al-Ghazali, Al-Khabir adalah yang tidak tersembunyi baginya hal-hal yang sama dalam dan yang disembunyikan. Tidak terjadi sesuatupun dalam kerajaan-Nya yang di dunia maupun alam raya kecuali diketahui-Nya. Tidak bergerak atau diam satu butir atom pun, yang tidak bergerak atau tenang satu jiwapun kecuali ada beritanya di sisi Allah.

Allah mengetahui apapun yang di kandung hati atau di simpan oleh pikiran. Bisikan-bisikan nafsu, ajakan-ajakan syetan, khayalan-khayalan pikiran, prasangka-prasangka di hati, rencana-rencana jahat, komentar-komentar dan gumaman hati, semua ada dalam pengetahuan Aallah.

Ada dua tindakan yang dapat dilakukan untuk meneladani asma Al-Khabir ini:

a) menyangkut Hubungan keluar dengan makhluk lain

Kita sadar bahwa pengetahuan kita sangat terbatas, Kita tidak tahu isi hati dan kepala orang lain dan kita pun tidak tahu banyak tentang maksud-maksud di balik penciptaan makhluk di sekitar kita.

Berangkat dari kesadaran ini, maka akhlak yang patut dikembangkan adalah baik sangka! Selalu berbaik sangka kepada Allah dan sesama. Bila kita melihat orang yang cacat, seperti pincang, buta atau lumpuh, janganlah mencela tetapi berbaik sangkalah, karena boleh jadi cacat itu pada fisiknya aja sedangkan bathinnya penuh kemuliaan dan kesempurnaan karena ridho menerima ketentuan Allah.

Bila kita mencela maka kitalah yang sebenarnya cacat. Cacat hati karena tidak mampu melihat hikmah Allah, cacat adab karena merendahkan makhluk Allah dan cacat akhlak karena baru bisa mencela dan tidak mampu berbuat ataupun menolong.

b) menyangkut diri kita sendiri

Pertama, kenalilah jasad ini dan hubungkan dengan kekuasaan Allah. Kedua, kenalilah kekurangan-kekurangan kita dalam segi ilmu, sikap, dan perilaku dan hubungkanlah dengan pengawasan Allah. Ketiga, kenalilah tujuan hidup ini dan selaraskan dengan keinginan Allah.

Bila kita perhatikan jasad ini, maka insyaflah kita dari mana asal kita dan siapakah kita, berasal dari setetes air yang hina, kemana-mana membawa kotoran dan kalau sudah mati menjadi bangkai, itulah jasad ini.

Tidak berdaya bila sudah kena penyakit, bila sudah tua akan mengeriput dan melemah, Tidak ada yang patut disombongkan. Bila kita memperhatikan betapa besar karunia Allah atas tubuh ini, maka Insyaflah kita bahwa keindahan dan kesempurnaan tubuh ini Allah yang membuat. Kekurangan dan kecacatanpun bukan kita yang menghendaki. Ini akan melahirkan rasa terima kasih dan rasa menerima, Sibukkanlah diri melihat kekurangan lalu bekerjalah untuk memperbaiki.

Kita tahu betapa bodohnya kita dan betapa sedikitnya ibadah kita. Yang sedikit itu pun kita rusak dengan tidak khusyu dan kita hancurkan dengan ketidak ikhlasan. Kita seharusnya malu kepada Allah karena kebusukan-kebusukan kita.

Hidup ini untuk akhirat, Awasilah setiap tindakan agar benar-benar diniatkan karena Allah dan selalu berada di jalan Allah. Belajar dari Al-Khabiir membuat kita banyak melihat ke dalam diri dengan waspada dan melihat keluar diri dengan berbaik sangka.

Alhamdulillaahirobbil’alamin.
Bismillaahirrahmanirrahiim,

Semoga Allah Yang Maha Luas memberikan hidayah kepada kita untuk faham akan kelapangan sehingga menjadi lebih faham akan hidup ini. Karena uang yang tidak luas susah sedekahnya, pikiran yang sempit mudah putus asa.

Rekan-rekan sekalian, kita akan membahas salah satu asma Allah Al Wasyi'. Al Wasyi' artinya dalam bahasa yang sederhana adalah Allah Yang Maha Luas. Kalau saya ambil kutipannya, terambil dari akar kata Waw, Sin dan 'in yang maknanya berkisar kebalikan dari sempit, kebalikan dari sulit. Jadi Allah Al Wasyi'. Allah Maha Luas, Maha lapang, Maha Kaya, Maha Mampu. Alam semesta yang begini luasnya, Allah lebih luas dari apa yang Dia ciptakan. Allah tidak dibelenggu oleh tempat. Kalau Allah ada disuatu tempat yang kita bayangkan, maka tempat lebih besar dari pada Allah. Sedangkan Allah SWT Laysa kamis lihi syai'un - Tidak menyerupai dan diserupai apapun.

Jadi Ilmu Allah menyelimuti segala sesuatu. Karena Maha Luas, maka meliputi apa saja. Pengetahuan Allah Maha Luas, mengetahui apa saja. Allah Maha Luas Rizkinya meliputi apa saja dalam genggaman Allah. Orang-orang yang yakin kepada Maha Luasnya Kekuasaan Allah berarti tidak ada satupun di alam semesta ini yang luput dari genggaman Allah. Virus Sars yang menggemparkan, kenapa mesti takut. Virus Sars adalah ciptaan Allah SWT. Hidupnya oleh Allah dan kena kepada siapa yang dikehendaki Allah. Kekuasaan Allah meliputi virus sars, maka jangan takut oleh sars. Karena orang mati karena tabrakan lebih banyak. Yang mati karena mencret lebih banyak. Yang harus kita takutkan justru virus iman yang lebih mencelakakan. Orang terkena sars belum tentu su'ul khatimah. Tidak sedikit orang yang tadinya sehat tetapi matinya nista. Na'udzubillahi mindalik. Jadi kita harus menjaga untuk bisa mengambil hikmah.

Saya kira sudah standart kita ingin rumah yang luas. Kalau rumah kita kecil, penghuninya banyak peluang bertengkar. Kalau mau masuk kemudian bersinggungan marah. Kalau mau tidur, tempat tidur sempit, sehingga geser ke sini yang pinggir terguling. Jalan yang sempit membuat macet. Kita harus senang kepada keluasan. Ilmu yang luas bijak, rizki yang luas enak. Kalau rizki sempit sedekah susah.

Sahabat sekalian kita harus berjuang sekuat tenaga menjadi orang berwawasan luas. Kalau orang wawasannya sempit mudah emosi. Banyak orang yang menganggap keluasan rizki harta itu terpenting, ternyata tidak. Rizki harta itu penting, kalau dengan wawasan yang luas. Maka rekan-rekan sekalian berangkat pengajian kita mengeluarkan ongkos, ini bukan pengeluaran. Apapun yang membuat pengalaman, wawasan, ilmu bertambah, itu bukan pengeluaran tetapi investasi. Orang yang berwawasan luas sibuk memikirkan yang menggenggam alam semesta, tetapi orang yang punya harta dan wawasannya tidak luas, tidak mengerti apa arti hidup ini. Ketika mempunyai keinginan untuk bahagia, kita harus berusaha mencari harta dan memperluas wawasan.

Sesuatu yang sederhana, bahan sederhana, teknologi sederhana, maka manfaatnya juga sederhana. Tetapi teknologi yang canggih, bahan bagus, walaupun bentuk sederhana, karena berasal dari kecanggihan teknologi, keunggulan bahan, maka hasilnya tidak akan sederhana dan akan canggih. Ada orang yang hidup sederhana, karena memang inputnya sederhana, diamnya tidak mengerti apa-apa. Tetapi ada ada orang yang banyak ilmu, luas wawasanya, diamnya saja mempunyai arti. Bicaranya sederhana, maknanya luas dan dalam, itulah buah dari luasnya wawasan. Rekan-rekan kita berharap hidup lebih indah, bergairah karena luas wawasan.

Bagaimana melapangkan qolbu? Kuncinya jangan mendramatisir masalah-masalah kecil. Ingin menikmati hidup jangan terpancing emosional dari perkara-perkara remeh. Yassiru wala tu'asyiru. Mudahkan jangan dipersulit. Jadi jangan mudah tersinggung, mendramatisir, dan mempersulit hidup, maka akan bahagia. Jadilah pemaaf, Fainta'fu watasfahu watafqifim Fainallaha ghafururrahiim. Kalau kita senang ikhlas, senang memaafkan orang, ampunan dan kasih sayang Allah akan datang. Kapan kita berprestasinya jika setiap masalah dijadikan lebih ruwet. Setiap urusan kita kembalikan kepada Allah, maka urusannya akan menjadi ringan. Wadhkurullaha la'allakum tuflikhun. Marilah kita lapangkan pikiran, jangan dipersulit. Kita lapangkan wawasan kita, kita lapangkan hati kita dengan tidak mempersulit diri dan menjadi pemaaf dengan memperbanyak dzikir.

Alhamdulillaahirobbil’alamin.
Bila ingin tahu orang yang benar-benar dipelihara Allah, kita bisa melihat apakah ia punya iman atau tidak. Sehebat apapun seseorang, jika tak punya iman, tidak ada jaminan ia selamat sampai akhirat. Kebersihan adalah syarat keindahan. Sebagus apapun suatau barang, akan hilang keindahannya apabila tidak bersih. Secantik apapun wajah, kalau tidak bersih, pasti hilang keindahannya. Jadi, keindahan sangat berkaitan dengan kebersihan.

Keindahan sangat berkaitan pula dengan pemeliharaan. Karena, indah saat ini belum tentu indah di kemudian hari. Kulit yang halus, mulus, dan bersih, akan hilang keindahannya apabila tidak dipelihara. Demikian pula rambut yang hitam berombak, akan hilang keindahannya apabila tidak dirawat. Motor yang bagus tidak akan berumur panjang, andai tidak dipelihara dengan baik.

Karena itu, memelihara adalah perbuatan yang akan memperindah. Memelihara adalah perbuatan yang akan mendekatkan kita kepada Allah. Betapa tidak, Allah adalah Dzat Yang Mahaindah dan mencintai keindahan. Salah satu nama Allah dalam Asma'ul Husna adalah Al-Hafidz; Allah yang Maha Pemelihara. Kata Al-Hafidz terambil dari tiga akar kata yang terdiri dari tiga huruf yang bermakna "memelihara" serta "mengawasi". Dari makna ini lahir makna "menghafal", karena yang mengahafal memelihara dengan baik ingatannya. Hafidz Quran adalah orang yang memelihara Alquran dengan menghafalnya.

Al-Hafidz bermakna pula "tidak lengah" karena sikap ini mengantarkan keterpeliharaan dan "menjaga". Penjagaan adalah bagian dari pemeliharaan dan pengawasan. Allah adalah Dzat yang tidak pernah lengah terhadap semua ciptaan-Nya. Apapun yang Ia ciptakan, pasti akan diurus, dirawat, dan dijaga kelestariannya. Tak heran bila alam ini begitu indah dan mempesona, karena Allah memeliharanya. Demikian pula planet dan tata surya selalu berada dalam keseimbangan, kesempurnaan, dan tidak ada cela sedikit pun, karena Allah menjaga dan memelihara semuanya. Demikian pula manusia, ada dalam penjagaan dan pemeliharaan Allah. Tidak terbayang kalau kita harus merawat diri kita seluruhnya; kita tidak akan mampu.

Allah Maha Memelihara makhluk-Nya. Bagaimana caranya? Dengan sunatullah. Misalnya, cumi-cumi dibekali dengan 'tinta' untuk melindungi dirinya dari serangan musuh. Ular dijaga dengan memiliki bisa atau lilitan yang kuat. Semua makhluk ada pemiliharanya. Bagaimana dengan manusia? Secara fisik, kita diberikan kemampuan, secara akal diberikan kecerdasan. Tapi, karunia iman adalah pemeliharaan termahal yang pernah Allah berikan. Dengan iman, kita akan terpelihara dunia akhirat. Maka, kalau kita ingin mengetahui orang yang benar-benar dipelihara Allah, kita bisa melihat apakah ia punya iman atau tidak. Sehebat dan secerdas apapun manusia, kalau tidak punya iman, tidak ada jaminan ia selamat sampai akhirat.

Karena itu, ada amanah perawatan yang dibebankan Allah SWT kepada kita. Jangan salahkan siapa pun andai kita tidak menikmati hidup ini, tidak nyaman, tidak indah, dan banyak masalah. Sebab, boleh jadi, kita mengabaikan amanah-amanah yang telah Allah berikan kepada kita. Lalu, apa yang harus kita rawat? Yang pertama adalah tubuh kita. Kalau kita ingin tubuh ini optimal, maka kita harus punya ilmu merawat tubuh. Caranya dengan berolahraga, dengan makanan bergizi dan teratur, istirahat yang cukup, dan lainnya.

Kedua adalah akal pikiran kita. Jika kita kurang ilmu, kurang membaca, maka otak kita jadi kurang berkembang dan tumpul. Bila otak tumpul, maka akan dominan emosi (marah) dalam diri. Mengapa ada orang yang semakin tua semakin temperamen, pemarah? Karena tidak ada lagi yang dapat dikeluarkan dari otaknya selain sikap marah. Karena itu, rawat dan percantik akal kita dengan ilmu yang bermanfaat. Kita harus memiliki motto, "tiada hari tanpa membaca dan tiada hari tanpa bertanya".

Yang ketiga adalah perawatan iman. Iman bersifat turun naik, kadang di atas kadang di bawah sekali. Karena itu, syarat pertama untuk merawat iman adalah ilmu, karena pupuk iman adalah ilmu. Syarat kedua perawatan iman adalah pergaulan yang baik. Maka carilah lingkungan dan teman yang lebih baik. Dan syarat ketiga, rawat iman dengan memperbanyak amal dari ilmu yang kita miliki. Amalkan setiap kali mendapatkan ilmu, karena dengan pengamalan itu Allah akan memberi kita ilmu yang baru. Wallahu a'lam bish-shawab.
"Setiap orang akan menafkahkan apa yang dimilikinya. Kalau kita memiliki keburukan, maka yang kita nafkahkan adalah keburukan; kalau yang kita miliki itu kemuliaan, maka yang kita nafkahkan juga kata-kata mulia. "Sahabat, alangkah menderitanya orang-orang yang sempit hati. Hari-harinya menjadi tidak nyaman, pikirannya menjadi keruh, dan penuh rencana buruk. Waktu demi waktu yang dilaluinya sering kali diisi kondisi hati yang mendidih, bergolak, penuh ketidaksukaan, terkadang kebencian, bahkan dendam kesumat.

Dia pun akan mudah tersinggung, dan kalau sudah tersinggung seakan-akan tidak ada kata maaf. Hatinya baru terpuaskan dengan melihat orang yang menyinggungnya menderita, sengsara, atau tidak berdaya. Karena itu, tak heran bila menjelang tidur, otaknya berpikir keras menyusun rencana bagaimana memuntahkan kebencian dan rasa dendam yang ada di lubuk hatinya agar habis tandas terpuaskan pada orang yang dibencinya.

Ingatlah bahwa hidup di dunia ini hanya satu kali. Hanya sebentar, belum tentu panjang umur. Amat rugi kalau kita tidak bisa menjaga suasana hati. Saudaraku, kekayaan yang sangat mahal dalam hidup ini adalah suasana hati. Walau rumah kita sempit, tapi hati kita lapang, maka akan terasa lapang pula hidup kita. Walau tubuh kita sakit, tapi kalau hati kita sehat, maka hidup akan lebih tenang. Walau badan kita lemas, tapi kalau hati tegar, maka jiwa kita insya Allah akan terasa lebih mantap.

Lalu, bagaimana caranya agar kita berhati lapang dan mampu mengatasi perasaan-perasaan yang sempit itu? Pertama, kita harus mengondisikan hati agar selalu siap untuk dikecewakan. Hidup ini tidak akan selamanya sesuai dengan keinginan. Artinya, kita harus siap dengan situasi dan kondisi apapun. Kita jangan hanya siap dengan kondisi enak saja. Kita harus siap dengan kondisi yang paling pahit dan sulit sekalipun. Benarlah bila pepatah mengatakan: 'Sedia payung sebelum hujan'. Artinya, hujan atau tidak hujan kita harus selalu siap.

Kedua, kalau toh ada yang mengecewakan, maka jangan terlalu dipikirkan. Mengapa? Kita akan rugi oleh pikiran kita sendiri. Sudah lupakan saja, karena yang memberi dan membagikan rezeki hanyalah Allah semata; juga yang mengangkat derajat dan menghinakan manusia juga hanya Allah. Apa perlunya kita pusing dengan omongan orang? Apalagi kalau kita tidak salah dan berada di jalan yang benar. Biar pun orang tersebut kelelahan menghina kita, sungguh tidak akan berkurang sedikit pun pemberian Allah kepada kita. Kita tidak akan hina dengan cemoohan orang. Kita hanya akan hina dengan perilaku kita sendiri.

Rasulullah SAW dihina, tetapi ia tetap cemerlang bagaikan intan berlian, sedangkan yang menghinanya, Abu Jahal, sengsara. Demikian juga Salman Rusdhie yang terus dilanda ketakuan dan tak bisa ke mana-mana. Siapa yang menabur angin, maka ia akan menuai badai. Ada kisah menarik. Suatu ketika Nabi Isa AS dihina, tapi ia tetap tersenyum, tenang, dan mantap. Tidak sedikit pun beliau menjawab dengan kata-kata kotor dan tajam seperti dilontarkan orang yang menghina tersebut.

Saat ditanya oleh sahabatnya, "Wahai Nabi, kenapa engkau tidak menjawab dengan kata-kata yang sama ketika engkau dihina, malah engkau membalasnya dengan kebaikan?" Nabi Isa AS menjawab, "Setiap orang akan menafkahkan apa yang dimilikinya. Kalau kita memiliki keburukan, maka yang kita nafkahkan adalah keburukan; kalau yang kita miliki itu kemuliaan, maka yang kita nafkahkan juga kata-kata mulia".

Sungguh seseorang akan menafkahkan apa-apa yang dimilikinya. Suatu ketika seorang saleh bernama Ahnaf bin Qais dimaki-maki seseorang menjelang masuk ke kampungnya dengan kata-kata: "Hai kamu bodoh, gila, kurang ajar". Namun, Ahnaf bin Qais malah menjawab, "Sudahkah? Apakah masih ada hal lain yang akan disampaikan? Sebentar lagi saya masuk ke kampung. Kalau nanti didengar orang-orang sekampung, mungkin nanti mereka akan mengeroyokmu. Ayo, kalau masih ada yang disampikan, sampaikanlah sekarang!"

Saudaraku percayalah, semakin mudah kita tersinggung, apalagi hanya karena hal-hal sepele, maka akan semakin sengsara pula hidup ini. Apakah kita akan memilih hidup sengsara? Tentu tidak bukan? Justru kita harus menjadikan orang-orang yang menyakiti kita sebagai ladang amal. Bagaimana bisa begitu? Kalau kita tidak ada yang menghina atau menyakiti, kapan kita mau memaafkan? Yang pasti, semakin kita berjiwa pemaaf, maka hati kita akan semakin lapang; semakin bisa memahami orang lain; dan hidup kita akan semakin aman dan tentram. Wallahu a'lam bish-shawab.
Bismillaahirrahmanirrahiim,

Semoga Allah SWT mengkaruniakan kepada kita kepekaan, karena orang-orang yang peka Insya Allah akan bisa berbuat lebih banyak dibanding orang yang tidak peka terhadap keadaan.

Al-Lathif artinya Allah yang Maha Lembut, maknanya halus, lembut, amat kecil halus tersembunyi, namun dalam pengertian ini adalah Allah SWT, halus sekali caranya hingga tercapai apa yang diinginkanNya dengan cara yang tersembunyi dan tak terduga. Ada dua hal pengetahuan yang begitu detil dan untuk mencapai sesuatu dengan keluasan pengetahuan dan mencapai apa yang diinginkan itulah Al-Lathif, Allah menciptakan kita, Dialah Allah yang Maha Tahu dengan detil siapa diri kita dan apa kebutuhan kita.

Sesungguhnya Allah Maha Tahu akan kebutuhan kita bahkan lebih tahu dari diri kita sendiri, tidak mintapun kebutuhan kita sudah dipenuhi, siapa yang mengurus kita mulai dari janin di perut ibu tidak pernah mempertimbangkan berapa kebutuhan zat-zat pembentuk tulang, otak, jantung, siapa yang yang mengurus semua ini? Dialah Allah al-lathif yang Maha Lembut, Dialah Allah yang Maha Sempurna.

Kita lihat lukisan kuda terpesona kepada pelukisnya, tapi kenapa kalau lihat kuda betulan tidak terpesona kepada penciptanya, lihat patung yang dibuat dari lilin kagum karena kemiripannya, dipuji pembuatnya, kenapa kepada yang membuat pembuat patung kita tidak terpesona, harusnya kekaguman kita tiada henti hanya kepada Allah yang Maha Pencipta.

Ada yang lebih halus lagi yaitu Allah memberikan ide kepada kita, pikiran kita sangat tertutup tiba-tiba ada ide jadi tahu solusinya, membaca satu buku tiba-tiba paham dan menghayati, semua itu karena Allah yang membukakan pintu hikmah hingga kita mendapat hidayah.

Suami rukun dengan istri itu juga karena Allah yang membalikkan hatinya, timbul kesadaran saling menasehati, itupun karena kekuasaan Allah, maka jangan risau dengan kebutuhan dan masalah, jangan risau oleh harapan kita karena Allah Maha Tahu jalan untuk mencapai segala kebutuhan itu, masalah kita adalah apakah harapan, kebutuhan, keinginan, ketakutan bisa membuat kita dekat dengan Allah atau tidak, itu intisarinya, tidak jarang hutang membuat orang jadi sholeh, di Palestina ada pembantaian oleh Yahudi, Allah Maha Tahu yang penting bukan terbunuh atau tidaknya, yang penting terbunuhnya di jalan Allah atau tidak? Jangan panik menghadapi hidup ini kita sudah betul punya keinginan dan Allah Maha Tahu karena Allah yang mendesain semua pertanyaan itu, tidak jarang ancaman dan ketakutan itu akan membuat kita semakin dekat dengan Allah itulah yang penting, kadang-kadang kita butuh diancam supaya makin sholeh.

Maka dalam situasi apapun teruslah tenang, jalani karena Allah Maha Peka terhadap diri kita, Allah Maha Tahu keadaan diri kita, jangan risau karena hinaan karena tidak ada yang sengsara karena dihina, kita hanya boleh sengsara kalau Allah yang menghina, siapa tahu penghinaan dari makhluk ini datang sebagai teguran dari Allah, orang-orang yang berhasil adalah orang yang selalu mengembalikan segala yang terjadi dengan kepekaan dan kelembutan Allah SWT.

Kebahagiaan terbesar dalam hidup ini adalah ketika kita mulai yakin kepada Allah SWT, sehingga kita meniru sifat Allah yang Maha Lembut ini dengan belajar peka terhadap keadaan. Hati yang bening jika sedikit saja berbuat dosa akan peka merasakannya, dan mudah untuk bertaubat. Bila hati bening seberkas cahaya ilmu saja akan masuk menerangi hatinya dan akan menerangi orang lain di sekitarnya, tapi bila hati keruh, diperciki cahaya tidak akan masuk kedalam hatinya apalagi menerangi orang lain, hati yang keruh meskipun banyak ilmu, ilmunya tidak menjadi cahaya bagi dirinya juga tidak mencahayai orang lain.

Orang yang berhati bersih peka dan semuanya jadi ilmu, peka semua jadi ladang amal, sedang jalan tiba-tiba ada orang bersin ucapkan yarhamukallahitulah kepekaan ladang amal, kita tidak akan mulia dengan keserakahan, tidak ada satu pengorbananpun yang disia-siakan kalau ikhlas. Kalau tujuan hidup kita karena Allah sudah lewat itulah yang dinamakan tinggi hati, egois dsb.

Tandanya orang peka adalah bersedekah sebelum orang lain minta, jangan sampai orang duluan minta. Seorang suami yang bijak dengan bertambahnya usia isteri harus lebih peka dan bertambah bijak, Siti Khadijah semakin tua semakin bening hatinya, lewat itu kecantikan berganti kemuliaan akhlak. Allah Maha Adil tidak mungkin ketuaan kita menjadi kehinaan tapi masih ada kemuliaan lain yaitu kemuliaan akhlak.

Kita harus peka terhadap tetangga, siapa tetangga kita yang miskin, yang tidak makan, yang anaknya tidak sekolah itu tandanya peka. Jangan sampai menikmati hasil sendiri karena kekayaan sesungguhnya adalah bukan yang kita kumpulkan tapi yang kita nafkahkan. Seorang pimpinan harus peka terhadap karyawan, jangan sampai karyawan berat dengan kehidupannya, sedangkan pimpinan hidup dengan segala kemewahannya.

Musuh terbesar tentara bukan dari luar tapi musuh terbesar tentara adalah ketika tidak dicintai rakyatnya, komandan harus peka terhadap keadaan, sejahterakan prajurit, komandan asli bukan pada mobilnya, tapi pada hati dan akhlaknya.

Mari kita bangkitkan bangsa ini dengan kekayaan hati...

Alhamdulillaahirobbil’alamin.
Subhanallah, walaupun kulitnya tidak putih, tetapi ketika memandang wajahnya... sejuk sekali! Senyumnya begitu tulus meresap ke relung kalbu yang paling dalam. Menarik sekali jika kita terus-menerus belajar tentang fenomena apa pun yang terjadi dalam kehidupan ini. Salah satunya adalah wajah. Wajah? Ya, wajah. Wajah bukan hanya masalah bentuk, yang utama adalah pancaran yang tersemburat dari si pemilik wajah tersebut.

Ketika pagi menyingsing misalnya, tekadkan dalam diri, ''Saya ingin tahu wajah yang paling menenteramkan hati itu seperti apa? Wajah yang paling menggelisahkan itu bagaimana?'' Karena, pasti hari ini kita akan banyak bertemu dengan wajah orang per orang.

Saat berjumpa dengan orang, kita bisa belajar ilmu tentang wajah, karena setiap wajah memberikan dampak yang berbeda-beda kepada kita. Ada yang menenteramkan, ada yang menyejukkan, ada yang menggelikan, ada yang menggelisahkan, dan ada pula yang menakutkan. Menakutkan? Mengapa? Apakah karena bentuk hidungnya? Tentu saja tidak! Sebab ada yang hidungnya mungil, tapi menenteramkan. Ada yang sorot matanya tajam menghunjam, tapi menyejukkan. Ada yang kulitnya hitam, tapi penuh wibawa.

Aa pernah berjumpa dengan seorang ulama dari Afrika di Masjidil Haram. Subhanallah, walaupun kulitnya tidak putih, tidak kuning, tetapi ketika memandang wajahnya... sejuk sekali! Senyumnya begitu tulus meresap ke relung kalbu yang paling dalam. Sungguh bagai disiram air menyegarkan pada siang hari.

Kalau hari ini kita berhasil menemukan wajah seseorang yang menenteramkan, maka cari tahu mengapa dia bisa memiliki wajah seperti itu. Tentu kita akan menaruh hormat kepada dia. Betapa senyumannya yang tulus, pancaran wajahnya tampak sekali ia ingin membahagiakan siapa pun yang menatapnya. Sebaliknya, bagaimana kalau kita menatap raut wajah yang berlawanan? Wajahnya bengis, struktur katanya ketus, sorot matanya kejam, senyumannya sinis, dan sikapnya pun tidak ramah. Ini pun perlu kita pelajari.

Ambillah kelebihan dari wajah yang menenteramkan dan menyejukkan tadi menjadi bagian dari wajah kita, dan buang jauh-jauh raut wajah yang tidak menenteramkan. Tidak ada salahnya jika kita evalusi diri di depan cermin. Tanyalah, raut seperti apakah yang ada di wajah ini?

Memang, ada di antara hamba-hamba Allah yang bibirnya didesain agak berat ke bawah. Kadang-kadang menyangkanya dia kurang senyum, sinis, atau kurang ramah. Subhanallah, bentuk seperti ini pun karunia Allah yang patut disyukuri dan bisa jadi ladang amal bagi siapa pun yang memilikinya untuk berusaha senyum ramah lebih maksimal lagi.

Bagi wajah yang untuk seulas senyum itu sudah ada, maka tinggal meningkatkan lagi kualitas senyum tersebut, agar lebih ikhlas lagi. Karena senyum bukan sekadar mengangkat ujung bibir saja, tapi yang utama adalah keinginan membahagiakan orang lain. Rasulullah SAW memberikan perhatian yang luar biasa kepada setiap orang yang ditemuinya sehingga orang itu merasa puas. Diriwayatkan, bila ada orang yang menyapanya, Rasul menganggap orang tersebut adalah orang yang paling utama, sesuai kadar kemampuannya.

Walhasil, ketika Rasul berbincang dengan siapa pun, maka orang yang diajak berbincang itu senantiasa menjadi curahan perhatian. Tak heran bila cara memandang dan bersikap, ternyata menjadi atribut kemuliaan yang ia contohkan. Hal itu berpengaruh besar terhadap sikap dan perasaan orang yang diajak bicara.

Kemuramdurjaan, ketidakenakan, dan kegelisahan itu muncul karena kita belum menganggap orang yang ada dihadapan kita sebagai yang paling utama. Makanya, kita sering melihat seseorang itu hanya separuh mata, berbicara hanya separuh perhatian. Misalnya, ketika ada seseorang yang datang menghampiri, kita sapa orang itu sambil baca koran. Padahal, kalau kita sudah tidak mengutamakan orang lain, maka curahan kata-kata, cara memandang, cara bersikap, itu tidak akan punya daya sentuh dan daya pancar yang kuat.

Karena itu, marilah kita berlatih diri meneliti wajah. Tentu bukan untuk meremehkan, tapi mengambil teladan wajah yang baik dan menghindari yang tidak baik. Lalu praktikkan dalam perilaku sehari-hari. Selain itu, belajarlah untuk mengutamakan orang lain, walaupun hanya sesaat saja. Wallahu a'lam.