Menyambut Panggilan Allah

''Dan beri tahulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka mendatangimu dengan berjalan kaki atau menggunakan kendaraan, mereka datang dari segala penjuru yang jauh.'' (Al-Hajj: 27).

Setiap Muslim sadar bahwa panggilan melaksanakan ibadah haji datang dari Sang Pencipta kepada makhluk ciptaan-Nya. Panggilan Sang Penguasa kepada pihak yang dikuasai-Nya. Panggilan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada makhluk yang dikasihi-Nya dan disayangi-Nya. Di hati dan pikiran Muslim, Allah SWT paling berhak memanggil manusia, dan manusia wajib menyahuti panggilan-Nya. Bagi Muslim, menyahuti panggilan Allah adalah segala-galanya, melebihi urusan lainnya. Menyahuti panggilan Allah melebihi keharusan bawahan menyahuti panggilan atasan di sebuah kantor, atau melebihi minat karyawan menyahuti panggilan bos di sebuah perusahaan.

Terhalang menyahuti panggilan Allah SWT karena harta atau karena keluarga dan lainnya, berarti telah mempersekutukan Allah dengan semua yang dijadikan sebagai penghalang itu. Pada gilirannya membuat manusia dihimpit perasaan gundah yang berkepanjangan. Firman-Nya: ''Tuluskan kepercayaan kepada Allah, jangan mempersekutukan-Nya. Dan siapa yang mempersekutukan Allah, seolah-olah ia jatuh dari langit, lalu disambar burung atau dibawa angin ke tempat yang jauh.'' (Al-Hajj: 31).

Karenanya, panggilan itu disahuti dengan segala senang hati, tanpa ada merasa berat, bahkan terasa menyenangkan. Ketika sampai di miqat (tempat memulai ritual ibadah haji) di hari Tarwiyah tanggal 8 Dzulhijjah, jamaah haji memakai ihram (pakaian putih tidak berjahit), seperti yang biasa dipakaikan kepada mayat. Diiringi dengan ucapan: ''Ini aku datang ya Allah, datang memenuhi panggilan-Mu.'' Lalu mengerahkan tenaga melaksanakan kegiatan haji seperti tawaf, sai, wukuf di Arafah, serta melontar tiga jumrah dan sebagainya.

Apa yang dilakukan jamaah haji itu menunjukkan sikap ideal setiap Muslim. Mereka mengutamakan panggilan Allah SWT, melebihi minat menyahuti panggilan lainnya. Mereka rela mengorbankan harta, waktu, pikiran, dan perasaan, bahkan jiwa raga sekalipun untuk terlaksananya panggilan Allah. Seperti mereka siap jadi mayat yang dibungkus kain kafan putih, demi menyahuti panggilan Allah. Sebab, semua yang dikorbankan itu adalah pemberian Allah yang harus digunakan memenuhi ketentuan-Nya. Apalagi panggilan Allah itu tertuju kepada mereka yang terlebih dahulu ditakdirkan-Nya berkesanggupan untuk melaksanakan panggilan tersebut. Firman-Nya: ''Allah mewajibkan kepada manusia melaksanakan haji ke Baitullah, yaitu terhadap orang yang mampu mengadakan perjalanan ke sana.'' (Ali 'Imran: 97).

Pelaksanaan ibadah haji itu berlangsung setiap tahun. Berarti setiap Muslim berkesempatan untuk terus dan selalu berusaha dapat melaksanakan rukun Islam kelima itu. Mereka harus mengutamakan panggilan Allah SWT itu. Sikap melaksanakan panggilan Allah harus tecermin pada pelaksanaan ibadah-ibadah lainnya, atau dalam setiap sikap dan tingkah laku sehari-hari.

Related Post by Category



Posted by Toko Alifa on 19.04. Filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. You can leave a response or trackback to this entry

0 komentar for "Menyambut Panggilan Allah"

Leave a reply

Silahkan komentar jika artikel ini bermanfaat dan maaf komentar spam kami hapus