Peningkatan Amal
Dalam kalender Hijriyah, bulan yang mengiringi Ramadhan dinamai Syawal.  Masyarakat Arab pra-Islam, konon memiliki pandangan negatif tentang bulan ini.  Mereka, misalnya, menolak melakukan pernikahan di dalamnya. Namun, pandangan ini  dibatalkan oleh Islam, lantaran Nabi Muhammad SAW sendiri menikahi Aisyah justru  pada bulan Syawal.
Perkataan Syawal berasal dari kata Arab syala,  berarti irtafa'a, naik atau meninggi. Orang Arab biasa berkata, syala al-mizan  (naik timbangan) idza irtafa'a (apabila ia telah meninggi). Lalu, dipertanyakan  mengapa bulan setelah Ramadhan itu dinamai Syawal, bulan yang naik atau  meninggi?
Ada dua alasan yang dapat dikemukakan di sini. Pertama, karena  derajat kaum Muslim meninggi di mata Allah. Ini karena mereka mendapat  pengampunan (maghfirah) dari Allah setelah menunaikan ibadah puasa Ramadhan,  sebagaimana sabda Nabi, ''Barang siapa berpuasa di bulan Ramadhan karena iman  dan tulus karena Allah, maka dosa-dosanya akan diampuni oleh Allah.'' 
Kedua, karena secara moral dan spiritual kaum Muslim harus  mempertahankan dan meningkatkan nilai-nilai amaliyah Ramadhan pada bulan ini dan  bulan-bulan berikutnya hingga datang Ramadhan tahun depan. Dalam perspektif ini,  Syawal justru bermakna bulan peningkatan ibadah dan amal saleh sebagai  kelanjutan logis dari pendidikan moral dan spiritual yang dilakukan selama  Ramadhan.
Makna dan semangat peningkatan amal ini dapat dilihat dari  perintah puasa di bulan ini. Setelah berlebaran pada 1 Syawal, kaum Muslim  kembali diperintahkan agar berpuasa Syawal selama enam hari. Puasa Syawal ini  amat besar pahalanya. Nabi bersabda, ''Barang siapa berpuasa di bulan Ramadhan,  lalu berpuasa lagi enam hari di bulan Syawal, maka ia seolah-olah berpuasa satu  tahun.''
Di samping itu, perlu diingat bahwa musim haji telah tiba  dengan datangnya bulan Syawal. Firman Allah, ''(Musim) haji adalah beberapa  bulan yang dimaklumi.'' (Al-Baqarah: 107). Yaitu, bulan Syawal, Dzulqa'dah, dan  Dzulhijjah. Dari segi waktu (miqat zamani), Syawwal adalah titik start musim  haji. Ini berarti, setelah menjalankan ibadah puasa, kaum Muslim harus  melaksanakan kewajiban agama yang lain, yaitu ibadah haji. Jadi, jelas ada  peningkatan amal ibadah di sini, dari puasa ke haji.
Jadi, Idul Fitri  dan Syawal sesungguhnya mengandung semangat peningkatan ibadah dan amal saleh.  Oleh sebab itu, tidak pada tempatnya bila kaum Muslim pasca-Ramadhan justru  kembali melakukan dosa-dosa dan berpaling dari petunjuk Tuhan. Kesucian diri dan  keluhuran budi pekerti harus dijaga dan dipelihara sepanjang waktu, sesuai  dengan prinsip istiqamah yang diajarkan oleh Islam.
Satu kebaikan, kata  pakar tafsir Abdullah Yusuf Ali, hanyalah satu langkah menuju Allah. Seorang  Muslim tidak boleh berhenti di situ, tetapi harus berusaha untuk terus melangkah  dari satu tahun ke tahap berikutnya dalam perjalanan panjang menuju ridho Allah  SWT. Wallahu a'lam.

0 komentar for "Peningkatan Amal"