Mensucikan Jiwa

"Mata keridhaan buta terhadap setiap aib. Tetapi mata kebencian menampakkan segala keburukan."

Maka kita wajib menghindari prasangka buruk dan menuduh orang orang jahat, karena orang yang jahat tidak berprasangka kepada semua orang kecuali dengan prasangka buruk. Apabila kamu melihat seseorang berprasangka buruk kepada orang lain karena mencari-cari kekurangan maka ketahuilah sesungguhnya dia adalah orang yang buruk batinnya. Prasangka buruk itu adalah titisan dari dirinya, sehingga ia melihat orang lain dengan gambaran dirinya.

Sesungguhnya orang Mu'min akan mencarikan berbagai alasan, sedangkan orang munafik akan mencari kekurangan. Orang mu'min berlapang dada terhadap hak semua makhluk.

Jalan Untuk Mengetahui Aib Diri

Ketahuilah bahwa apabila Allah menghendaki kebaikan bagi seseorang hamba maka Dia memperlihatkan kepadanya berbagai aib dirinya. Barangsiapa yang penglihatannya sangat tajam maka ia akan mengetahui berbagai aibnya. dan apabila telah mengetahui berbagai aib maka ia akan dapat melakukan terapinya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui aib diri sendiri. Kuman di seberang lautan nampak gajah dipelupuk mata tidak kelihatan.

Barangsiapa yang ingin mengetahui aib dirinya sendiri maka ada empat jalan :

Pertama : Hendaklah ia duduk dihadapan seorang Syeikh yang mengetahui berbagai aib jiwa dan jeli terhadap berbagai cacat yang tersembunyi kemudian guru dan Syeikh tersebut memberitahukan berbagai aib dirinya dan jalan terapinya. Tetapi keberadaan orang ini dizaman sekarang sulit ditemukan.

Kedua : Hendaklah ia meminta kepada seorang kawan yang jujur, beragama dan "tajam penglihatan" menjadi pengawas dirinya untuk memperhatikan berbagai keadaan dan perbuatannya, kemudian menunjukkan kepadanya berbagai akhlak tercela, perbuatan tidak baik dan aibnya, baik yang batin ataupan yang zhahir. Hal inilah yang biasa dilakukan oleh orang orang yang cerdas dan para ulama besar.

Semakin cerdas dan tinggi kedudukan seseorang seharusnya semakin sedikit rasa ujubnya dan semakin besar tuduhannya terhadap diri sendiri. Jarang ada kawan yang mau meninggalkan basa basi lalu memberitahukan aib atau meninggalkan kedengkian, sehingga tidak melebihi ukuran kewajiban.

Ketiga : Hendaklah ia memanfaatkan lisan para musuhnya untuk mengetahui aib dirinya, karena mata kebencian mengungkapkan segala keburukan.

Mungkin seseorang bisa lebih banyak mengambil manfaat dari musuh bebuyutan yang menyebutkan aib-aibnya ketimbang manfaat yang diperoleh dari kawan yang berbasa basi dengan berbagai pujian tetapi menyembunyikan aib aibnya. Hanya saja tabi'at manusia cenderung mendustakan musuh dan menilai pernyataannya sebagai kedengkian. Padahal orang yang punya bashirah (mata hati) tidak akan mengabaikan manfaat yang dapat diperolah dari pernyataan musuh musuhnya, karena keburukan keburukannya pasti akan tersebar melalui lisan mereka.

Keempat : Hendaklah ia bergaul dengan masyarakat, lalu setiap hal yang dilihatnya tercela ditengah kehidupan masyarakat maka hendaklah ia menuntut dirinya dengan hal tersebut dan menisbatknannya kepada dirinya, karena hal hal yang memprihatinkan merupakan cermin orang Mu'min. Kemudian ia melihat aib orang lain sebagai aibnya sendiri, dan mengetahui bahwa tabi'at manusia berbeda beda tingkatan dalam mengikuti hawa nafsu.

Sifat yang menjadi atribut salah seorang kawan maka kawan yang lain tidak terlepas dari dasarnya atau dari hal yang lebih besar darinya atau dari sebagiannya.

Maka hendaklah ia memeriksa dirinya dan membersihkannya dari setiap hal yang dicelanya pada orang lain.

Seandainya semua orang meninggalkan apa yang mereka benci dari orang lain niscaya mereka tidak memerlukan lagi mu'addib (pemberi pelajaran).

Related Post by Category



Posted by Toko Alifa on 18.39. Filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. You can leave a response or trackback to this entry

0 komentar for "Mensucikan Jiwa"

Leave a reply

Silahkan komentar jika artikel ini bermanfaat dan maaf komentar spam kami hapus