Al-Quran Kembali Digerogoti

Masih segar dalam ingatan kaum Muslimin ketika Salman Rushdie membuat isu The Satanic Verses. Sehingga seorang orientalis wanita asal Jerman, Annemarie Schimmel mencucurkan air mata sambil berkata: “Saya dapat merasakan apa yang dirasakan oleh umat Islam” . Saat itu juga Ahmed Deedat menyanggah Salman lewat bukunya How Rushdie Fooled The West (Bagaimana Rushdie mengelabui Barat). Dan Roald Dahl, seorang penulis dan anggota Literary Gulid asal Inggris dalam Daily News (1 Maret 1989) mengatakan bahwa Salman Rushdie adalah “dangerous apportunist” (Ahmed Deedat, 1990: 25).

Pada tahun 1999, masyarakat dihebohkan oleh isu ‘The True Furqan’. Dan menurut Baptist News, pada tahun yang sama pula (17 April 1999), buku yang sama dikirimkan ke beberapa keduataan besar negeri-negeri Muslim di Paris, Perancis. Tiga hari kemudian, buku tersebut telah mampir di instansi-instansi penting Inggris, termasuk BBC. The True Furqan yang ditulis oleh Al Saffee dan Al Mahdy bertujuan sebagai alat penyebar agama Kristen. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Al Mahdy kepada Baptist News. Karena menurut Al Mahdy, sejauh ini para evangelis (pengabar Injil) belum berhasi menemukan terobosan penting untuk bisa menaklukkan dunia Islam. Kemudian Al Mahdy diduga kuat adalah Dr. Anish Shorrosh, seorang evangelis dari negeri Paman Sam yang sudah dua kali menggelar debat terbuka dengan Ahmed Deedat (Laporan Gatra Nomor 25 Tahun VIII, Beredar 6 Mei 2002). Kedua perdebatan tersebut sama-sama “menelanjangi” Anis Shorrosh yang akhirnya memaksa dia untuk mencari-cari kelemahan Al-Quran, terutama yang berkaitan dengan Yesus (Isa as) dan ibunya Mariam.

Belum lama ini juga, umat Islam digemparkan dengan adanya isu Al-Quran palsu yang sudah ditambahkan ke dalamnya beberapa surat oleh para “tamu” yang ditantang oleh Al-Quran, seperti (1) Surat Al-Iman, (2) Surat Al-Tajassud, (3) Surat Al-Washâya dan (4) Surat Al-Muslimoon. Keempat isi Surat tersebut ternyata meniru 100 % gaya bahasa Al-Quran.

Hari Senin (29/11/2004) koran El Osboa (Mesir) memuat berita yang cukup heboh dan menggemparkan. Isu “The True Furqan” (Al-Furqan Al-Haq) kembali digulirkan. Isu tersebut djadikan sebagai Headline dengan judul besar Qur’ân ‘Amrîkiy Li al-‘Adyân al-Tsalâtsah (Quran Amerika untuk Tiga Agama). Akhirnya penulis mengakses isu tersebut dalam internet (ditemukan dalam situs www.al-qal3ah.net) yang dimasukkan oleh Abu al-‘Asbath, lengkap dengan beberapa surat dan teksnya.

The True Furqan kali ini memuat 77 Surat, diantaranya; (1) Surat Al-Fâtihah, (2) Surat Al-Mahabbah (Cinta), (3) Surat Al-Tsâlûts (Trinitas), (4) Surat Al-Shalbu (Penyaliban), (5) Surat Al-Zinâ (Zina), (6) Surat Al-Ru`âh (Para Gembala), (7) Surat Al-‘Asâthîr (Mitos-Mitos), (8) Surat Al-Thuhr (Bersuci), (9) Surat Al-Salâm (Keselamatan), (10) Surat Al-Injîl, (11) Surat Al-Mâkirîn (Para Penipu Daya), (12) Surat Al-Tanzîl, (13) Surat Al-Mâriqîn, (14) Surat Al-Tahrîf, (15) Surat Al-Jannah, (16) Surat Al-‘Adlhâ, (17) Surat Al-`Abas, (18) Surat Al-Syahîd, (19) Surat Al-Tawhîd, (20) Surat Al-Masîh, (21) Surat Al-Shalâh, (22) Surat Al-Munâfiqîn, (23) Surat Al-Jizyah dan lain-lain.

Isu “The True Furqan” babak dua tersebut, pertama kali dikeluarkan oleh majalah mingguan Al-Furqân (Kuwait) yang diterbitkan oleh Asosiasi Ihyâ’ li al-Turâts. “Hal itu merupakan serial kebohongan dan pengakuan dusta yang dilakukan oleh usaha tendensius Amerika untuk menimbulkan permusuhan atas Islam dan mengobrak-abrik sakralitas Al-Quran”, kata Dr. Muhammad Salim al-`Awa (Koran El Osboa, 29/11/2004).

Hemat penulis, apa yang dilakukan oleh musuh-musuh Islam merupakan rangkaian dan serial dari usaha yang “gagal” dan putus-asa (silsilah al-muhâwalah al-fâsyilah wa al-yâ’isah). Apa yang dilakukan oleh mereka adalah kelanjutan dari mega-proyek Musailamah al-Kadzdzab.

Selain itu, mereka ingin membuktikan bahwa mereka mampu membungkam tantangan Al-Quran, bahwa mereka mampu untuk bisa membuat kitab seperti Al-Quran. Namun apa yang terjadi, Musailamah sendiri dengan Al-Quran Surat Al-Difda’ (Surat Katak) dan Surat al-Fîl (Surat Gajah)nya hilang (raib) entah kemana. Kemudian mega-proyek tersebut dilanjutkan oleh Salman Rushdie, Anis Shorros dan yang lainnya.

Secara umum, isi dari surat-surat tersebut sangat membahayakan. Karena di dalamnya terdapat destruksi atas ajaran dan akidah umat Islam, seperti justifikasi atas penyaliban Yesus, pembagian warisan harus sesuai antara wanita dengan pria, sebaik-baik pembuat tipu daya (al-makr) adalah setan, bukan Allah, menghapuskan perintah jihad dan sebagainya.

Usaha pendustaan atas Al-Quran (al-takdzîb bi al-Qur’ân) tersebut, menurut Dr. Muhammad Salim al-`Awa, seandainya dilakukan oleh orang-orang Kafir, maka mereka menanggung dosa kebohongan tersebut. Tetapi pembagiannya yang dilakukan di negara-negara Islam merupakan fitnah dan memicu permusuhan dan kebencian diantara kaum Mukminin dan sebagian agama dan antara kaum Mukminin dengan Islam itu sendiri. Dan jika tersebar di negara-negara Islam, maka ia (menurut bahasa Al-Quran) merusak tanam-tanaman dan binatang ternak (tuhlik al-hartsa wa al-nasl) dan memberikan kepada musuh apa yang mereka angan-angankan, seperti perpecahan dan perang internal (al-ihtirâb al-dákhiliy).

Buku tersebut memiliki concern khusus untuk memalingkan umat Islam dari jihad dan mengaku bahwa perintah kepada Nabi saw di dalam firman Allah: “Kobarkanlah semangat orang-orang beriman (untuk berperang)” merupakan perintah setan dan menjadikan kemenangan kelompok kecil atas kelompok besar adalah dengan kecintaan (mahabbah), rahmat dan kedamaian. Ini bertentangan dengan firman Allah ta’ala di dalam Al-Quran kepada rasul-Nya (Muhammad saw); “Maka berperanglah kamu pada jalan Allah, tidaklah kamu dibebani melainkan dengan kewajiban kamu sendiri. Dan kobarkanlah semangat orang-orang beriman (untuk berperang) ” (QS. An-Nisa: 84), perintah Allah kepada orang-orang beriman (secara keseluruhan); “Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas…” (QS. Al-Baqarah: 190) dan firman Allah; “Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah…” (QS. Al-Baqarah: 249). Jadi, kemenangan itu terjadi dengan izin Allah, bukan melalui cinta (mahabbah), rahmat (kasih sayang) dan perdamaian.

Buku tersebut juga, lanjut Dr. Muhammad Salim al-`Awa, merupakan usaha untuk menyesatkan para pemuda. Karena buku tersebut dibagi-bagikan kepada mereka untuk mendistorsi perintah Allah di dalam surat As-Shaff ayat 10; Yâ ayyuhalladzîn âmanû hal ‘adullukum `lâ tijâratin tunjîkum min `adzâbin ‘alîm. Tu’mnûna billâhi wa rasûlihî wa tujâhidû fî sabîlillâhi bi’amlâlikum wa ‘anfusikum”(Hai orang-orang yang beriman sukakah kamu Aku tunjukkan kepada suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? (Yaitu) kamu beriman kepada Allah dan rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu). Dengan harapan bahwa para pemuda Islam mau meninggalkan jihad dan sebagai gantinya adalah rasa cinta (mahabbah), kasih sayang (rahmah) dan meniadakan saling benci (al-tabâghudh) dan merubah pedang menjadi sabit pengetam tanaman; yang merupakan ungkapan yang diadopsi dari Injil yang sudah terdistorsi (al-injîl al-muharraf) untuk memijak-mijak akidah (keyakinan) para pemuda Islam.

Hemat penulis, apa yang dilakukan oleh para musuh Islam, baik itu dari para orientalis, missionaris, evangelis dan para penulis yang berhati busuk; harus kita sikapi secara dewasa. Kita amat yakin bahwa Allah benar-benar yang menurunkan Al-Quran kepada rasul-Nya untuk kita selaku umatnya.

Bukan hanya itu, Allah sendiri yang berjanji dalam menjaga keabadian Al-Quran tersebut (QS. Al-Hijr: 9). Hanya saja, kita tidak boleh lupa dan gelap mata, bahwa janji Allah tersebut harus dibarengi dengan sikap kita. Kita harus selalu ekstra waspada dan hati-hati atas segala kemungkinan yang akan terjadi. Karena biar bagaimanapun, musuh Islam tidak akan pernah merasa “capek dan lelah” sebelum kita benar-benar bertekuk lutut di hadapan mereka.

Setidaknya, ada beberapa hal yang harus kita lakukan dalam menyikapi isu di atas; pertama, isu itu hendaklah kita jadikan sebagai “gizi” iman kita. Kita jadikan sebagai pemicu iman, penggelora ruh jihad dan cinta ilmu. Sehingga kita benar-benar yakin bahwa Al-Quran itu benar-benar firman Allah yang tidak akan pernah tertandingi sampai hari kiamat. Kedua, jangan terlalu banyak membuang energi dengan melakukan berbagai demonstrasi, karena hanya akan membuat orang “di luar pagar” mencibir. Ketiga, melakukan usaha-usaha preventif, seperti mengawasi percetakan Al-Quran dan yang lainnya. Dan keempat, kita –meminjam istilah Deedat— berusaha untuk turning the table (membalikkan meja). Kita berusaha membuat bantahan yang signifikan atas usaha mereka, baik melaluli buku maupun media lainnya. Dengan demikian, usaha-usaha mereka hanya seperti melempar bola ke dalam ruangan yang hampa, dan hilang begitu saja tanpa meninggalkan arti dan makna apa-apa.

Related Post by Category



Posted by Toko Alifa on 19.10. Filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. You can leave a response or trackback to this entry

0 komentar for "Al-Quran Kembali Digerogoti"

Leave a reply

Silahkan komentar jika artikel ini bermanfaat dan maaf komentar spam kami hapus