ISLAM DI CINA, SEBUAH EKSISTENSI KAUM MINORITAS DI TENGAH ATEISME POLITIK NEGARA



Apa yang ada dalam pikiran kalian jika melihat orang bermata sipit, berkulit putih kekuningan, berambut lurus agak kaku, mungkin kita akan berpikir bahwa merekaPelit, penjajah, kafir, egois, perampas harta pribumi, penguasa pasar, yah itu memang benar… ( Lhooo, enggak kali ) maaf-maaf nih buat koko-koko sama cici, Cuma bercanda. Yah mungkin pikiran seperti itu masih ada di benak sebagian dari kita orang Indonesia asli terhadap etnis Tionghoa di sekitar kita.

Namun di sini saya akan mengajak kalian para pembaca setia blog ini untuk sedikit membuka pikiran tentang Islam di Cina, negeri Komunis atau bisa dikatakan negeri tirai bambu.

ISLAM DI CINA



Wahyu ( bukan nama sebenarnya ) seorang wartawan dari Indonesia kelihatan kebingungan karena dia tersesat di sebuah pasar di kota Xian, Cina, dengan peci warna putih dan baju koko yang dia kenakan, terlihat sangat mencolok di tempat itu. Dia sama sekali buta bahasa Mandarin, satu-satunya kata dalam bahasa mandarin yang dia tahu hanya wo ai ni, yang menurut dia artinya dilarang merokok, namun disamping itu Wahyu menguasai Bahasa Arab dan Inggris yang dia dapat ketika menjadi santri di pondok pesantren di Jawa Timur. Tiba-tiba sebuah suara terdengar dari belakang “Antum tatakallam Arabiyah”? ( anda bisa berbicara bahasa Arab ?).

Remaja Muslim di Cina

Wahyu terkejut, lalu dia menoleh ke belakang, terlihat seorang anak remaja berusia sekitar 15 tahun, bermata sipit, kulit putih, dan berambut lurus. Wahyu sempat bingung, namun kemudian dengan gagapnya aziz gagap, dia menjawab “ naaaa , na’am ( Betul ), saat itu juga terjadilah obrolan hangat dan saling memperkenalkan diri antar dua saudara seiman ini, remaja Cina itu bernama Ali, dia tinggal di sekitar pasar, Ali belajar Bahasa Arab dari sebuah sekolah Islam di kota Xian, menurut Ali, mayoritas penduduk Xian adalah Muslim, dan sebagian bisa berbahasa Arab. Kemudian pembicaraan selesai ketika azan Dhuhur dari masjid agung Xian berkumandang, Wahyu dan Ali pun bergegas menuju Masjid di kota itu.



Cina adalah negara yang menganut dua sistem sekaligus, di bidang politik Cina menggunakan sistem Komunisme, di bidang ekonomi Cina menggunakan sistem Kapitalisme, ekonomi Cina tumbuh dengan pesatnya, pembangunan di Cina pun tumbuh seiring dengan pertumbuhan ekonomi negara itu, namun dibalik itu semua Negara Cina belum mampu menyelesaikan persoalan utama yaitu kemiskinan, kemiskinan masih menjadi masalah pelik yang sulit ditangani walaupun perekonomian Cina kini menjadi salah satu kekuatan utama ekonomi dunia.

Salah satu potret kemiskinan di Cina, Wang Ju Jie ( 10 th ) terpaksa putus sekolah, dan menjadi tukang tambal ban Truk di bengkel pamannya di propinsi Ghuizou Cina ( ruanghati.com )

Sejarah Islam di Cina
Mungkin paragraf di atas sedikit menggambarkan tentang kehidupan muslim di Cina, dimana mereka menempati beberapa daerah seperti Ningxia, Xinjiang, Yunan dan lainnya. Cina adalah negara luas yang terdiri dari beberapa etnis, etnis terbesar adalah Han, kemudian disusul Hui, Uighur, Mongol, Manchu ( Korea), dan Kazakh.

menara masjid Huaisheng

Islam masuk ke Cina pada zaman Rasulullah Saw yaitu jaman kekaisaran dinasti Tang, saat itu Kaisar Gaozong meminta agar Negara Islam Madinah mengirimkan utusan ( Duta ) ke Negeri Cina sekaligus memperkenalkan Islam di Cina. Kemudian Rasulullah Saw mengutus Saad Bin Abi Waqash ( pamannya ) menjadi duta besar Negara Daulah Islam ke Negeri Cina. Saad bin Abi Waqash sempat tinggal beberapa tahun di Cina untuk mendakwahkan Islam, kemudian dia pulang kembali ke Arab ( Madinah ). Sebelum pulang Kaisar Cina menghadiahkan sebuah Masjid yang disebut Masjid Huaisheng ( kenangan ) yang merupakan Masjid kenangan buat Saad Bin Abi Waqash.

TERUS BERKEMBANG
Islam terus berkembang pada jaman Dinasti Tang, Dinasti Song dan Dinasti Yuan, perkembangan kemudian menjadi sangat pesat sekali, bahkan kaum muslim di Cina saat itu menguasai sektor perdagangan baik Ekspor maupun Impor, lewat pelayaran laut maupun lewat jalur sutera.

Pada jaman Dinasti Yuan perkampungan awal kaum muslim disebut Hui-hui, adalah sekelompok etnis keturunan Cina Arab, dan Cina Persia, kemudian istilah Hui-hui berkembang menjadi Hui dan disematkan kepada semua orang Cina dari etnis manapun yang beragama Islam.

MEWARNAI GAYA HIDUP ORANG CINA
Perkembangan Islam di Cina yang terpengaruh langsung oleh Negara Khilafah Islam di Baghdad semakin mewarnai kota-kota di Cina, bahkan mewarnai gaya hidup orang Cina saat itu.

Kungfu Islam





Salah satu pengaruh Islam terhadap budaya dan gaya hidup orang Cina adalah pada seni beladirinya, yaitu Kungfu, ya siapa tidak kenal kungfu yang identik dengan kuil shaolin ini.

Namun siapa sangka ada kungfu Islam, adalah sebuah turunan dari Kungfu Cina, yang dibersihkan dari hal-hal yang bersifat musyrik dan tidak Islami serta dimodifikasi menjadi lebih terhormat, dan diajarkan di pondok-pondok pesantren di Cina yang disebut Lanah. Kungfu inilah yang dikenal dengan nama Ti Fan Pho Kan ( Pukulan tangan sang Bangsawan ), yang akhir-akhir ini justru berkembang di Indonesia. Tifan Pho Kan ini juga banyak mempengaruhi ilmu beladiri silat tanah air terutama Aceh.


Wang Zie Ping, Guru besar Ti fan Pho kan

ZAMAN DINASTI MING ( puncak kejayaan Islam di Cina )
Pada masa dinasti Ming inilah ada beberapa pajabat dan jenderal di Kekaisaran Cina yang beragama Islam, salah satunya adalah Lan Yu Who, dia adalah Jenderal yang berhasil mengusir tentara Mongol yang hendak menguasai Cina kembali.





Di jaman ini juga muncul Laksamana Cheng Ho ( Zheng He ) yang bernama asli Mao San Bao, seorang Muslim Hui yang diutus Kaisar Dinasti Ming untuk melakukan ekspedisi perdagangan. Pada tahun 1405 dia memimpin armada laut yang terdiri dari 62 kapal induk yang berukuran 126 x 52 m (seukuran lapangan sepakbola), dan sekitar 190 kapal pendukung dan total 27.000 awak kapal.


perbandingan kapal Cheng Ho dengan kapal Colombus

Menurut beberapa literatur, ekspedisi Zheng He tidak hanya membawa misi dari kaisar, tetapi dia juga memiliki misi tersendiri yang lebih mulia, yaitu menyebarkan Islam. Ma Huan, seorang muslim yang menemani Zheng He sebagai penerjemah dan penulis pribadi, dalam bukunya ‘The Overall Survey of the Ocean Shores’ (Chinese: 瀛涯勝覽) yang ditulis pada tahun 1416, menjelaskan secara detail tentang tempat-tempat yang disinggahinya, dan menuliskan bahwa Zheng He kerap mengunjungi masjid, memberikan dakwah secara intensif pada tempat-tempat yang dikunjunginya, membangun komunitas muslim disana, lalu membangun masjid untuk mereka.

Tokoh agama HAMKA juga mengatakan “Perkembangan islam di Indonesia dan Malaysia mempunyai pengaruh yang sangat kuat dengan Muslim Cina, Laksamana Zheng He” . Cendekiawan Slamet Muljana menambahkan: “Zheng He membangun komunitas muslim Cina pertamakali di Palembang , kemudian di Kalimantan Barat, kemudian di Jawa, the Selat Malaka lalu ke Filipina”.

Namun pada akhir pemerintahan dinasti Ming, populasi muslim di Cina dibatasi, dan ketika pemerintahan dinasti Qing, kaum muslim mendapatkan perlakuan yang sangat buruk, kaum muslim tidak diperbolehkan untuk menyembelih hewan kurban, membangun masjid yang baru, dan dilarang untuk berhaji ke Makkah serta menerapkan politik belah bambu di kalangan etnis di Cina. Pemerintahan yang represif ini membuahkan 5 pemberontakan suku Hui (muslim) yang mendapatkan tekanan dalam melaksanakan ibadah mereka, untuk menekan penduduk muslim, dinasti Qing membunuh sekitar 7 juta penduduk muslim pada tahun 1855 - 1877.

MAO ZEDONG KOMUNIS LAKNAT ( awal penderitaan kaum muslim Cina )





Setelah runtuhnya dinasti Qing, Sun Yat Sen memproklamasikan berdirinya Republik Cina, yang diikuti dengan pengambilalihan Republik Cina menjadi Republik Rakyat Cina oleh Mao Zedong. Dalam kedua rezim ini kaum muslim mengalami tekanan dan penindasan serta perlakuan diskriminatif yang lebih besar. Dalam Revolusidi Cina, banyak masjid dihancurkan dan ditutup dan al-Qur’an dimusnahkan.

PENDERITAAN ETNIS UIGHUR DI XINJIANG ( TURKISTAN TIMUR )



Etnis Uighur sebenarnya masih serumpun dengan bangsa Kaukasia ( Asia Tengah ) dan merupakan bangsa yang berbahasa Turki, jadi Uighur tidak ada hubungan darah dengan orang Cina, berbeda denga etnis Hui yang merupakan orang Cina asli. Namun tahun 1944 Turkistan Timur dianeksasi Cina lalu diganti nama menjadi Xinjiang.



Tahun 2009 terjadi kerusuhan besar yang diawali oleh demonstrasi etnis Uighur yang menentang penindasan pemerintah Kafir Komunis Cina terhadap mereka, lalu disusul oleh gelombang aksi yang diprovokasi oleh mafia-mafia suku Han yang haus darah seperti Vampir dan memburu serta membunuh Etnis Uighur. Ribuan Etnis Uighur Tewas, lainnya luka-luka, sementara ratusan rumah terbakar.


etnis Han yang haus darah

Inilah pembantaian etnis yang ditutupi oleh pemerintah Kafir Komunis Cina, dari sorotan dunia Internasional. Bagaimana reaksi Indonesia dalam kasus ini? seperti biasa dan seperti yang sudah kita saksikan pada kasus Muslim Palestina yang dibantai Israel dan Muslim Rohingya yang disiksa Myanmar dan Thailand, yaitu pemerintah RI memutuskan untuk tidak ikut campur. Dubes RI untuk Cina, Sudrajat menyampaikan “Apa yang terjadi di Xinjiang adalah urusan dalam negeri China dan kita menghormati kedaulatannya dan tidak akan campur tangan masalah itu.” (Antara, 12/7/2009)


etnis Uighur yang dibantai militer Cina

yah itulah yang terjadi pada Pemerintah kita, padahal Rasulullah saw bersabda
Seorang mukmin terhadap mukmin (lainnya) bagaikan satu bangunan, satu sama lain saling menguatkan (HR. Bukhari dan Muslim).
Umat Muslim adalah satu ummat satu sama lain tanah mereka adalah satu, perang mereka adalah satu, perdamaian mereka adalah satu dan kebenaran mereka adalah satu (HR. Muslim).
Perumpamaan orang-orang beriman dalam hal saling mencintai, mengasihi, dan saling berempati bagaikan satu tubuh. Jika salah satu anggotanya merasakan sakit maka seluruh tubuh turut merasakannya dengan berjaga dan merasakan demam (HR. Muslim).

KITA BISA BERGERAK, KITA BISA BERBICARA



Sebenarnya semua masalah kaum muslim di dunia ini akibat tidak adanya pelindung mereka, yaitu Negara Khilafah Islam, dengan adanya negara Khilafah maka orang kafir akan takut untuk menyakiti umat Islam, mereka akan segan terhadap kaum muslim. Dan negara Khilafah Islam inilah yang akan menjadikan Islam memimpin dunia.

Sumber bacaan :
1. Buku Saku Islam In China ( Felix Yanwar Siauw )
2. Majalah Islam tengah bulanan Media Umat edisi 9-23 Maret 2010.

Related Post by Category



Posted by Toko Alifa on 08.41. Filed under , . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. You can leave a response or trackback to this entry

0 komentar for "ISLAM DI CINA, SEBUAH EKSISTENSI KAUM MINORITAS DI TENGAH ATEISME POLITIK NEGARA"

Leave a reply

Silahkan komentar jika artikel ini bermanfaat dan maaf komentar spam kami hapus