Uniknya Tradisi Puasa Tutup Kendang dan Sholat Rubuh Gedang

Sebenarnya cerita mengenai tradisi puasa tutup kendang ini cerita lama atau kisah usang. Terjadi pada era tahun 1980-an dan sebelum itu.
Tradisi puasa tutup kendang mungkin hanya terjadi di desa saya, sebuah desa yang dulu termasuk terisolir di kawasan kabupaten Gunungkidul, DIY. Entah darimana ajaran yang menjadi dasar hukum pelaksanaan puasa tutup kendang, namun puasa jenis ini dahulu banyak juga orang tua yang menjalaninya.

Kendang adalah salah satu alat musik khas Jawa, biasa ada dalam seperangkat gamelan. Kendang terdiri dari dua sisi yang berbahan kulit hewan. Untuk membunyikan biasanya menggunakan telapak tangan.
Terkait dengan puasa tutup kendang digambarkan seperti alat musik kendang. Jadi dalam menjalankannya cukup dua sisi : artinya puasa ini hanya dilakukan pada satu hari awal dan satu hari akhir bulan Ramadhan. Dianggap sudah puasa satu bulan penuh.

Menurut orang-orang tua yang waktu itu menjalankannya, pahala dari puasa tutup kendang ini sama dengan puasa sebulan penuh. Cukup diambil awal dan akhirnya otomatis tengah-tengahnya sudah terikut semua. Enak juga ya ? :)

Seiring dengan semangatnya menjalankan puasa Ramadhan dengan cara tutup kendang, begitu juga dengan tatacara mereka ikut sholat tarawih. Dimana dalam menjalankan sholat tarawih ( dan sholat isya’ tentunya ), para orang tua banyak juga yang menerapkan tatacara sholat rubuh gedang.

Gedang artinya pisang atau pohon pisang. Rubuh gedang berarti pohon pisang yang ambruk atau roboh.

Sholat dengan memakai cara sholat rubuh gedang adalah sholat yang hanya mengikuti gerakan-gerakan sholat dalam jamaah tanpa melafalkan bacaan-bacaan di dalam sholat.

Metode sholat rubuh gedang ini bisa jadi merupakan metode dakwah oleh para pendakwah sebelumnya dengan tujuan yang penting masyarakat mau ikut sholat dan mau masuk masjid.

Lama kelamaan selepas era 1980-an bersamaan dengan berkembangnya generasi, terutama untuk yang puasa tutup kendang sudah tidak ada yang menjalankannya lagi. Sedangkan untuk sholat dengan metode sholat rubuh gedang masih dijalankan oleh beberapa orang yang baru belajar sholat. Walaupun juga diiringi dengan diadakannya semacam TPA untuk orang-orang tua yang berkeinginan belajar mengaji demi meningkatkan pemahaman dan pengetahuan beragama. Sehingga dari awal mula sholat rubuh gedang sudah ditambah dengan ucapan takbiratul ihram, kemudian bacaan surat Al-Fatihah sampai bisa melengkapi seluruh bacaan di dalam sholat.

Dengan dakwah yang simpatik, pendekatan yang pelan-pelan sedikit demi sedikit, hingga sekarang pada generasi yang baru tiap bulan Ramadhan, mesjid sudah terisi penuh oleh jamaah sholat tarawih. Hanya berandai-andai; apabila dakwah dengan langsung antipati pada tradisi puasa tutup kendang dan melarang cara sholat rubuh gedang, lebih mungkin para orang tua itu akan melarang anak-anaknya ke masjid dan belajar mengaji, akibatnya pada generasi sekarang bisa jadi masjid tidak akan seramai ini di bulan Ramadhan nan suci.

Related Post by Category



Posted by Toko Alifa on 11.08. Filed under , . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. You can leave a response or trackback to this entry

1 komentar for "Uniknya Tradisi Puasa Tutup Kendang dan Sholat Rubuh Gedang"

  1. ohhh gitu toh, makasih gan atas sharing nya. ane baru tau dan paham sekarang
    cek harga diskon di : Promo Ramadhan

Leave a reply

Silahkan komentar jika artikel ini bermanfaat dan maaf komentar spam kami hapus