Ternyata Bung Karno Pernah Menikah Dengan Remaja 15 Tahun
19.00 | 
Filed under: 
										     
											 | 
										 
Posted by: Toko Alifa
        
“Siapa istri pertama Bung Karno?”, masih banyak yang belum tahu siapa  istri pertama Bung Karno.
Demi  melengkapi puzzle sejarah tentang Bung Karno, maka kisah pernikahan   Bung Karno dengan istri pertama, harus ada. Demi alasan itu pula,   naskah pendek ini ditulis.
Syahdan… permulaan tahun 1921, usia  Bung Karno belum genap 21 tahun  ketika adik H.O.S. Cokroaminoto  menemuinya, dengan satu maksud, membujuk  Sukarno agar mau menikahi  putri Cokroaminoto yang bernama Utari, Siti  Utari, yang ketika itu  usianya belum genap 16 tahun.
Adik Cokro itu berdalih, sejak  ditinggal mati istrinya, Cokroaminoto  seperti limbung, tak bersemangat,  bagaikan layang-layang putus talinya.  Ia harus mengurus rumah  pondokan, mengurus Partai Sarekat Islam, dan  tentu saja membesarkan  empat putra-putrinya. Lebih dari itu, Cokro  sangat merisaukan masa  depan putrinya.
“Ya, saya sangat berterima kasih kepada pak  Cokro. Saya mencintai Utari…  tapi tidak terlalu cinta. Sungguhpun  begitu, kalau sekiranya cara ini  dapat meringankan beban junjunganku,  yah… saya bersedia,” Bung Karno  mengakhiri dialog dengan paman Utari.
Tak  lama setelah peristiwa itu, Bung Karno menghadap Cokro dan   mengemukakan lamarannya. Cokro sangat gembira dan menyambut dengan hati   berbunga. Demi calon menantu, Bung Karno langsung diminta pindah   menempati kamar yang lebih besar, dengan perabot yang lebih lengkap.
Bandingkan…  sebelumnya, di antara 8 penghuni kamar-kamar kos di rumah  Cokro, hanya  Sukarno yang menempati kamar paling sempit, tak berjendela  dan tak  berpintu. Karenanya, dalam penuturan kepada Cindy Adams di  biografinya,  Bung Karno mengisahkan, saking gelap dan pengapnya kamar  yang ia huni,  ia harus menyalakan lampu minyak siang hari sekalipun.
Selang  beberpa hari kemudian, pernikahan Bung Karno dan Utari digelar.   Pernikahan itu dinamakan “kawin gantung”, sebuah ikatan perkawinan yang   sah menurut hukum maupun agama Islam. Orang Indonesia menjalankan cara   ini karena beberapa alasan. Misalnya, sepasang laki-laki dan perempuan   disatukan dalam ikatan “kawin gantung” terlebih dulu, karena keduanya   belum cukup umur untuk dapat menunaikan kewajiban mereka secara   jasmaniah. Atau, ada kalanya “kawin gantung” dilangsungkan, dengan cara   mempelai wanita tetap tinggal di rumah orang tuanya, sampai mempelai   laki-laki sanggup membelanjai rumah tangga sendiri.
Dalam hal  Sukarno dan Utari? Begini penjelasan dia, “Aku dapat tidur  dengan  istriku kalau aku menghendaki. Akan tetapi aku tidak melakukannya   karena dia masih kanak-kanak. Boleh jadi aku seorang pencinta, tetapi   aku bukanlah seorang pembunuh anak gadis remaja. Itulah sebabnya kami   melakukan kawin gantung. Pesta kawinnya pun digantung.”
Nah, ini  yang lebih menarik. Sebelum ijab kabul dilangsungkan, terjadi  dua  peristiwa menarik dan takkan terlupakan oleh Sukarno. Pertama, untuk   menghilangkan nervous, ia mengambil sebatang rokok, dan mengeluarkan   sekotak korek api kayu. Rokok sudah terselip di antara bibir, dan   Sukarno mengambil satu batang korek api, kemudian menggesekkannya di   bagian pinggir. Apa yang terjadi? Syssstttt…buullll… nyala api menyambar   batang-batang korek api yang lain di dalam kotak, dan terbakarlah   tangan Sukarno.
Sambil meniup-niup jari-jarinya yang terbakar,  Bung Karno menggumam  sendiri, “Apa maksudnya ini?” Di benak Bung Karno  langsung berkecamuk  ramalan-ramalan buruk, isyarat-isyarat gelap,  pertanda-pertanda  ketidakberuntungan.
Akan tetapi, Sukarno muda memendamnya sendiri.
Sukarno  MudaPeristiwa kedua terjadi setelah Bung Karno masuk masjid,  tempat  untuk melakukan prosesi ijab dan kabul. Dengan khidmat ia duduk  di muka  kadi (penghulu). Pak kadimemandangi calon mempelai laki-laki  yang  begitu necis, berdasi pula. Berkatalah tuan kadi, “Anak muda, dasi   adalah pakaian orang yang beragama Kristen, dan tidak sesuai dengan   kebiasaan kita dalam agama Islam.”
Bung Karno kaget, dan  membalas, “Tuan kadi, saya menyadari, bahwa  dulunya mempelai hanya  memakai pakaian Bumiputera, yaitu sarung. Tapi  ini adalah cara lama.  Aturannya sekarang sudah diperbarui.”
“Ya!” kata tuan kadi membentak, “tetapi pembaruan itu hanya untuk  memakai pantalon dan jas buka.”
“Adalah kegemaran saya untuk berpakaian rapi dan memakai dasi,” tukas  Bung Karno tak kalah tajam.
“Kalau masih terus berkeras kepala untuk berpakaian rapi itu, saya  menolak untuk melakukan pernikahan…”
Bung Karno bangkit dari kursi dan berkata keras, “Barangkali lebih baik  tidak kita lanjutkan…!”
Imam  masjid sepertinya mendukung tuan kadi dan melancarkan protes atas   sikap Sukarno yang berkeras tidak mau melepas dasi dan menentang tuan   kadi. Yang diprotes lebih galak dalam menanggapi, “Persetan , tuan-tuan   semua. Saya pemberontak, dan saya akan selalu memberontak. Saya tidak   mau didikte orang di hari perkawinan saya.”
Akhirnya… berkat salah  seorang alim ulama yang berhasil meredakan  ketegangan, pernikahan  akhirnya berlangsung, dengan Bung Karno tetap  mengenakan dasi.
       

![]()
										 Posted by  Toko Alifa
										 on 19.00. 
										 Filed under 
										 .
										 You can follow any responses to this entry through the 
RSS 2.0.
										 You can leave a response or trackback to this entry						
										 
 
 
0 komentar for "Ternyata Bung Karno Pernah Menikah Dengan Remaja 15 Tahun"